Perasaan haru bercampur bangga berkecamuk di dada demi melihat tulisanku terpampang di dinding ruang pameran kota Exeter, Inggris. Oh ternyata begini cara mereka menampilkan karya tulis, dipindahkan dalam media semacam poster dan diwarnai dengan indah oleh ilustrator dari Inggris. Ini benar-benar di luar ekspetasi.Â
Awalnya ketika dikatakan bahwa tulisan kami akan dipamerkan, saya pikir bagaimana caranya ya. Bukankah selama ini yang biasa kita lihat adalah pameran lukisan, photo, patung maupun hasil seni instalasi?
Namun ternyata dengan tampilan demikian eye catching, tulisan dapat dipamerkan dalam ruang-ruang nyata. Selain Exeter, tulisan juga dipamerkan dalam stand Indonesia pada International Frankfurt Book Fair.Â
Ahh, sungguh terharu melihat karyaku bisa melanglang buana dan ini pencapaian saat usiaku sudah tidak muda lagi.
Jadi Bagaimana Kompasiana Bisa Mengantarku ke Jenjang Ini.
Aku sudah bergabung dengan Kompasiana 15 tahun. Di tahun pertama bergabung sudah mendapatkan tawaran untuk dibukukan dari Elex Media yang masuk dalam grup Gramedia.
Walaupun sebenarnya dapat tawaran untuk dibuatkan The Series namun aku mengejar kemampuan menulis fiksi agar bisa dibukukan oleh penerbit dengan insial G dan editor Hetih Rusli. Setelah mengikuti kelas penulisan fiksi di majalah More ( milik grup Gramedia ) ternyata tercapai juga keinginanku.
Aku tetap menulis namun kali ini banyak menerima order dari  berbagai klien. Akibatnya menulis di Kompasiana tidak konsisten, apalagi sempat tidak bisa masuk dalam akun Kompasiana saat penghapusan centang hijau. Beruntung gegara masuk dan membuat akun di website Kompas.com, dapat saran untuk membuat akun Kompasiana, jadilah akun kedua.