Mohon tunggu...
Almira Annora
Almira Annora Mohon Tunggu... -

simplicity and honesty

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Satu Arah

16 Oktober 2013   07:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:29 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hai Cinta Satu Arah, lama tidak bertemu. Rindukah kamu padaku? Ataukah biasa saja, seperti yang lainnya yang kamu anggap teman dan selalu kamu acuhkan. Cinta Satu Arah-ku yang kerap kali diam, mungkin kamu tidak pernah menyadari kalau ada rasa lain yang tumbuh didalam hatiku tiap kali kamu bicara, tersenyum bahkan disaat kamu bermain biola. Kamu mungkin tidak tahu karena memang aku tak pernah mengatakannya, kalau pertemuan dan kebersamaan kita yang diluar rencana membekas begitu dalam dihatiku.

Cinta Satu Arah-ku yang begitu jauh, awalnya kamu hanyalah teman biasa untukku. Teman yang kelewat diam dan sama sekali tak menarik perhatianku. Kamu kelewat dingin untuk bisa mengisi hatiku. Kita terlalu berbeda untuk aku bisa menyukaimu. Namun takdir berkata lain. Lewat jari-jari tak kasat mata takdir yang mengelilingi kita. Ia mendekatkan aku dan kamu hingga tiada hari yang aku lewati tanpamu. Kita berbagi saat-saat bersama. Tak peduli itu susah maupun sedih. Dan seiring berjalannya waktu, salahkah kalau aku mulai memiliki rasa yang lain untukmu?

Teruntuk Cinta Satu Arah-ku yang mungkin terlalu baik hatinya. Aku tidak mengerti apa tujuanmu sebenarnya membantuku. Aku tidak pernah bisa memahami alasanmu menemani keinginan gilaku untuk naik ke lantai tujuh lewat tangga yang hanya akan menguras tenagamu sia-sia. Aku juga tidak bisa mencerna dengan akal sehatku apa alasanmu yang sebenarnya mau mengajariku not balok tanpa aku minta. Apakah kamu terlalu baik? Ataukah kamu memang ada perasaan lain untukku?

Cinta Satu Arah-ku yang kelewat populer, akhir-akhir ini aku sering dihantui rasa was-was karenamu. Bukan salahmu, aku tahu. Tapi karena kamu yang kelewat sempurna hingga membuat mereka tergila-gila padamu. Siapakah aku hingga aku berhak was-was? Ya, aku tahu, pertanyaan itu juga berkecamuk dalam benakku. Namun, salahkah aku jika seiring berjalannya waktu kam mulai melupakanku yang biasa-biasa saja ini dan memilih berteman dengan mereka yang sepadan denganmu?

Aku tidak tahu dan aku tidak bisa mengerti sejak kapan rasa ini begitu menguasaiku. Yang aku tahu hanyalah, saat-saat bersamamu, hanya bersamamu adalah saat-saat terbaik yang aku punya. Meski terkadang saat itu adalah saat-saat paling gila dan paling menjengkelkan, namun tetap, saat-saat bersamamu tak akan pernah tergantikan.

Cinta Satu Arah-ku yang sama sekali tak tahu menahu, jika kamu tidak memiliki rasa yang sama untukku, aku mengerti. Jika kamu tidak bisa bersikap sama lagi padaku, aku paham. Tapi hanya satu pintaku, tetaplah tersenyum ketika melihatku. Karena hanya dengan satu senyummu, luka yang menganga didadaku yang disebabkan oleh ketakhadiranmu akan baik-baik saja meski tak bisa sembuh sepenuhnya.

Cinta Satu Arah-ku, teman baikku, maaf jika aku menodai apa yang kita sebut persahabatan ini dengan rasa yang tidak sepatutnya ada. Dan meski aku tahu kamu tak akan menganggapku lebih dari seorang teman, tetap izinkanlah aku menyimpanmu dihatiku dan menjadikanmu satu kenangan yang terindah yang aku miliki disatu masa hidupku.

Cinta Satu Arah-ku, terlepas dari semuanya, aku berterimakasih, karena tanpamu, aku mungkin tak akan memiliki masa-masa indah sekaligus galau ini.

Dari temanmu yang diam-diam mencintaimu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun