Mohon tunggu...
Deean Dee
Deean Dee Mohon Tunggu... -

pembelajar yang suka menulis, berpetualang, membaca, mendengarkan dan bersahabat.. Bismillah.. :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bagi yang Senang Membuka Aib Orang Lain, Berhati-hatilah!

1 Mei 2012   05:39 Diperbarui: 4 April 2017   18:07 19430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13358506911937251391

Lagi-lagi, tulisan seorang Salim.A.Fillah membuat saya cukup terhentak. Mengalirlah kisah penuh hikmah yang sempat membuat saya menagis, aduhia kasihannya sang shahabul hikayah yang memberanikan diri menceritakan kisah kelamnya. Dan akhirnya, dirangkai dengan indah oleh Akh Salim, lewat tulisannya berjudul “Mencintai penanda Dosa”. Tulisan beliau cukup menyentak iman, bagaimana tidak, seorang yang terkenal shalih dan shalihah dikalangan aktifis dakwah kampus, sosok yang terkenal senior tersebut, mampu jatuh ke dalam jurang dosa.. lalu bagaimana kita??

Masih ingat, “sang adik” yang dulu saya kenal dan  saya kagumi dengan keterjagaannya. Dan yang dulu sempat menceritakan “daftar hitam” sang ketua organisasi nya kepada saya. Baru-baru ini saya ketahui, ia tengah mengalami goncangan diri. Ke-istiqomahannya sedang diuji. Dan ini, baru saya ketahui lewat facebooknya juga pengakuan dari sahabat dekat “sang adik” ini. Masih ingat sekali “sang adik” berucap, betapa tidak terjaganya sang ketua yang dulu sempat ia kagumi.. hanya karena kurang pandai menjaga diri dan kini, “sang adik” pun jatuh pada kondisi yang serupa. Ia terjebak dalam kondisi yang sama dengan ketua organisasinya. Saya hanya bisa menangis dalam hati.. aduhai.. betapa hitungan bulan mampu merubah semua isi hati. Padahal baru saja beberapa bulan yang lalu kami bertemu, saling bercerita dan menguatkan.. dan pada kali ini, semua bagai angin lalu. Mungkin salahku.. Teringat petuah agung, tersirat ancaman pasti.. “Setiap Kami menyepakati, apabila ada seorang mukmin menghina saudara mukminnya atas suatu dosa, maka ia tidak akan mati, kecuali Allah akan menimpakan dosa/kesalahan yang serupa” [Dari Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab Az zuhd] Tersentak sekali membaca petuah ini, kiranya, karma itu benar-benar ada.. dan saya pun pernah mengalami persis dengan apa yang disampaikan imam ahmad tersebut. bahkan, beberapa teman-teman yang saya kenal juga mengalami kondisi yang sama. Sering kali kita menghina seseorang, bahkan membeberkan aib-aib nya kepada orang lain. Sampai mengerutuki bahkan mewanti-wanti diri agar tidak berulah sama seperti orang yang sedang kita rutuki. Tahu apa kita dengan kondisi mereka, sampai berani-beraninya kita menjudge mereka se-enak diri. Merasa diri paling shalih dan yakin tidak mungkin akan jatuh pada dosa yang sama. Disanalah masalah dan gawatnya. Kita tidak tahu, betapa kiranya mereka “jiwa-jiwa pendosa” pun meng-insyafi bahwa mereka salah, mereka tahu apa yang mereka lakukan dosa. Namun diantara mereka, ada yang mampu bertahan dan mencoba keluar dari kubangan dosa, lalu menguatkan dinding pertahanan kembali dengan ‘amal-‘amal shalih yang mungkin lama tidak mereka lakukan akibat keimanan yang sedang menurun, ada juga yang tidak mampu bertahan, terlena hingga mencari pembelaan-pembelaan untuk melegitimasi dosa-dosa yang mereka lakukan, hingga pada akhirnya, terlepaslah tali keistiqomahan. Lalu, apakah kita tahu, kita mampu menjadi yang bertahan atau malah yang terlena? Kita tidak akan pernah tahu, sebelum kita mengalami kondisi yang sama. Dan disitulah letak ujian yang Allah berikan atas hinaan, juga cacian yang kita berikan. Kita ditimpakan dosa dan kesalahan yang sama, agar kita bisa merasakan, bagaimana tidak enaknya menjadi “jiwa-jiwa pendosa”. Allah itu Maha adil. Betapa kiranya, kita diajak untuk bijaksana dalam menilai permasalahan hidup. Betapa kiranya, kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang saling menjaga aib-aib saudara-saudara seiman kita. Dan ini menjadi pelajaran berharga, khususnya saya pribadi, agar tidak mudah untuk menghina atau memandang sebelah mata  orang-orang yang melakukan dosa, karena pada hakikatnya kita pun adalah hamba Allah yang juga punya potensi menjadi hina bahkan mulia. Untung saja, Allah tidak menimpakan dosa yang membuat kita terlepas dari tali agamanya, sekalipun ada yang Allah palingkan dari kebenaran, naudzubillah semoga kita dihindarkan. Dari pelajaran penuh hikmah, saya memetik ibrah terindah. Agar kiranya, ketika ada saudara kita yang melakukan dosa, tidak serta merta kita merutuki atau bahkan menghina juga mencacinya, baik langsung maupun tersimpan di dalam hati. Alangkah lebih baik, kita justru mendo’akannya, agar Allah segera meluruskan kebengkokan dirinya, menuntunnya ke jalan yang lebih lurus dan meneguhkan dirinya dalam keistiqomahan. Lalu sembari berdo’a pula, agar Allah tidak menimpakan kita dalam dosa yang sama. Itu lebih indah bukan? Daripada harus menghina dan mencaci yang jelas mampu meninggalkan luka yang abadi di dalam hati orang-orang yang kita caci. Kalaupun terpaksa menceritakan aib saudara kita, semoga kiranya hanyalah untuk mencari jalan agar bisa memperbaiki ketidaklurusannya, menariknya kembali dalam keistiqomahan, dan yang jelas menceritakannya pun hanya kepada orang-orang yang memang terkenal shalih dan amanah untuk saling menjaga aib diri saudara-saudara kita. Bukan diceritakan dihadapan khalayak ramai, bukan dijadikan konsumsi public. Biarlah, aib-aib tersebut menjadi pelajaran berharga bagi kita, agar kita bisa menjaga diri dari segala celah yang dapat menjatuhkan kita pada kubangan dosa yang serupa, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita, lalu memagarinya dengan ‘amal-‘amal shalih. Sungguh, terngianglah suatu hadits yang cukup menggetarkan hati kala membacanya

“Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba lainnya di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (HR. Muslim no. 2590)

Dan, pelajaran inilah, yang membuat saya sangat mencintai persaudaraan di jalan Allah dan berjanji akan menjadi pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai ukhuwwah. Seperti azzam yang selalu saya tanam dalam hati. "Saya ingin dan akan berusaha menjadi sahabat setia layaknya Abu Bakar r.a kepada Rasulullah SAW".. Jadi terkenang..

“Jiwa-jiwa yang pernah tersalah, yang diabadikan al Qur’an, seperti musa yang dulu pernah membunuh kaumnya, layaknya yunus yang menghindar dari beban risalah hingga ia ditelan ke dalam perut hiu, seperti adam yang memakan khuldi lantas diturunkan ia ke bumi, lalu ketiganya bertobat, berjanji akan patuh pada perintah iLLahi, dan harum lah nama mereka, mulia, hingga ke Jannah”

Rabbi, izinkan aku meminta seperti musa;

yang mengharapkan harun menjadi teman dan penguat perjuangannya,

Dan pintaku, karuniakanlah aku teman yang mampu menjadi penguat perjuanganku.. aamiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun