Mohon tunggu...
Dee An
Dee An Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Aku hanya manusia biasa, bukan manusia bodo, apalagi manusia setengah dewa.....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Lombok, Sebuah Perjalanan Bertabur Cinta

19 September 2013   12:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:41 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau ditanya tentang perjalanan paling nyaman dan paling berkesan, mungkin aku akan menempatkan perjalanan honeymoon backpacking-ku ke Lombok di urutan teratas.

Ini bukanlah perjalanan mewah nan mahal, tapi perjalanan ini luar biasa, dan aku merasa nyaman sepanjang perjalanan. Karena apa? Tentu saja, karena cinta.. hehehe...

***

Perjalanan kami dimulai dari Bandara Juanda, Surabaya. Kami mendapat tiket pesawat Batavia Air tujuan Mataram seharga 275 ribu rupiah per orang. Selisih 50 ribu rupiah dibanding naik bus.

Tepat pukul 22 WITA kami mendarat di Bandara Selaparang. Tahun 2010 bandaranya masih Bandara Selaparang, di Mataram. Kalau sekarang sih sudah pindah ke Bandara Internasional Lombok, di daerah Praya.

Malam itu kami menginap di Mataram hotel. Tarifnya 192 ribu per kamar termasuk sarapan pagi. Kami hanya akan menumpang semalam di sini. Karena esok pagi-pagi sekali, kami akan melanjutkan perjalanan ke Gili Meno. Satu dari tiga gili terkenal yang ada di sebelah barat laut Pulau Lombok. Gili Meno berada di tengah-tengah, antara Gili Trawangan dan Gili Air.

Hari Pertama - Gili Meno

Perjalanan kami dimulai dari terminal bus Mandalika. Dengan angkutan umum sejenis bison, atau yang biasa mereka sebut engkel, kami akan menuju Bangsal. Cukup lama kami menunggu sambil berdesakan di dalam engkel, sementara pak sopir masih terus saja berusaha menambah jumlah penumpang. Gak usah menggerutu, gak usah ngomel, cukup nikmati aja semuanya. Inilah seninya perjalanan.

Dalam perjalanan honeymoon kali ini, kami sengaja menyingkirkan jauh-jauh promo paket honeymoon yang menjanjikan kenyamanan dan berbagai macam fasilitas. Karena kami ingin menikmati perjalanan ini dengan cara kami sendiri. Honeymoon ala backpacker kere(n).

Jam 1 siang waktu Lombok, kami turun di perempatan Pamenang. Dari sini kami naik cidomo ke Bangsal. Ongkosnya 10 ribu rupiah. Kalau mau jalan kaki juga bisa, karena jaraknya sebenarnya tidak jauh. Cuma sekitar 1-2 km aja.

Sampai di Bangsal kami langsung menuju tempat penjualan tiket. Tujuan kami adalah Gili Meno.  Karena sudah siang, public boat sudah tidak ada. Jadi kami naik shuttle boat yang akan berangkat jam 2 nanti. Harga tiket shuttle boat 20 ribu rupiah per orang. Sedangkan kalau untuk public boat harganya cuman 9 ribu rupiah per orang.

Matahari sudah tinggi ketika kami menjejakkan kaki di Gili Meno. Rasanya perlu berisitirahat sejenak setelah baru saja kami mengalami sensasi luar biasa terayun dan terhempas di dalam kapal yang membawa kami dari Bangsal ke Gili Meno ini. Baju yang kami pakai sudah basah semua, begitu juga dengan ransel-ransel kami. Untung aja rain cover ransel kami terpasang sempurna, sehingga barang-barang kami aman di dalam sana.

Sekedar info, kalau ingin menyeberang dari Bangsal ke tiga gili ataupun sebaliknya, sebaiknya menyeberang waktu pagi, karena ombaknya belum tinggi. Kalau sudah siang, ya... siap-siap aja basah kuyup :)

Atas rekomendasi dari seorang bule Jerman yang menjadi teman seperjalanan kami di kapal, kami memilih Ko Uchi bungalow sebagai tempat menginap di Gili Meno. Dan kami tidak salah pilih. Penginapan seharga 100 ribu rupiah per malam ini begitu nyaman dan asri.

***

Sore pertama di Gili Meno kami isi dengan berjalan kaki mengitari pulaunya. Pulau kecil ini benar-benar cantik, tenang, dan bersahabat. Senyum sapa nan ramah dari penduduk menemani langkah kaki kami sore itu. Pulau ini bertabur cinta!

Pada sebuah cafe di sisi barat pulau kami berhenti. Kami akan menikmati sunset light dinner dari tempat ini. Spektakuler!

Hari Kedua - Masih di Gili Meno

Hari ini kami hanya ingin berjalan-jalan menikmati laut dan langit biru. Sungguh, aku jatuh cinta pada pulau kecil yang satu ini. Bermain di pantainya, kami serasa sedang berada di private beach saking sepinya. Pulau kecil yang cantik ini memang tepat dijadikan tujuan honeymoon. Catet!

[caption id="attachment_267320" align="aligncenter" width="640" caption="Honeymoon @ Gili Meno (foto: dokpri)"][/caption]

Selain pantainya yang berpasir putih dan lembut, masih banyak tempat-tempat menarik lain di Gili Meno. Di antaranya adalah :

1. Gili Meno Bird Park

Tiket masuk ke Gili Meno Bird Park adalah 50 ribu rupiah per orang. Taman burung yang merupakan milik pengusaha asal Australia ini koleksinya cukup lengkap. Tidak hanya burung-burung dari Indonesia saja, tapi juga burung-burung langka dari manca negara.

2. Turtle sanctuary

Ini adalah salah satu tempat yang menarik perhatian kami di Gili Meno. Sebuah tempat perlindungan dan pengembangbiakkan kura-kura yang dikelola oleh seseorang bernama Boulong. Dalam sebuah papan yang ada di sana tertulis ajakan dari Boulong untuk menyelamatkan dan melindungi kura-kura agar tidak punah dari muka bumi ini. Suatu bentuk kepedulian yang harus kita dukung tentunya. Dengan harapan semoga anak cucu kita nanti bukan hanya mengenal yang namanya kura-kura dari cerita-cerita kita saja.

3. Danau alami berair asin

Danau ini berada di tengah-tengah Gili Meno. Ada sebuah kepercayaan yang beredar tentang danau ini. Konon katanya, danau di Gili Meno dapat memberi pertanda mengenai panjang pendeknya umur seseorang. Apabila seseorang melihat danau ini sangat luas, maka umurnya akan panjang, demikian juga sebaliknya. Namanya juga legenda yang beredar di masyarakat, boleh percaya boleh tidak. Kalau aku pribadi sih, tentu saja tidak percaya. Karena umur seseorang hanya Tuhan yang tau. Dan terlepas dari cerita di balik itu semua, danau ini merupakan sebuah ekosistem bagi mangrove yang sayang untuk dilewatkan kalau kita berkunjung ke Gili Meno

[caption id="attachment_267321" align="aligncenter" width="640" caption="Gili Meno yang cantik (foto: dokpri)"]

13795692191722751453
13795692191722751453
[/caption]

Malam terakhir di Gili Meno kami habiskan dengan menikmati full moon light dinner di tepi pantai. Sungguh! Aku jatuh cinta pada pulau kecil ini. Rasanya ingin bisa lebih lama lagi berada di sini. Betapa damainya bila kami bisa menghabiskan hari tua di tempat seperti ini, di mana hanya ada debur ombak, desah angin dan orang terkasih yang selalu setia menemani. Aiiihh...

Hari Ketiga - Pantai Kuta

Tujuan kami selanjutnya adalah pantai Kuta yang terletak di bagian selatan Pulau Lombok. Untuk menuju kesana kami harus berkali-kali ganti angkot. Dari Pamenang ke Bertais, dari Bertais ke Praya, dari Praya ke Sengkol, kemudian dari Sengkol ke Kuta. Kalau mau cepet sih bisa naik taxi atau carter mobil, tapi tentu saja kami tak akan memilih cara itu. Mahal!

Setelah 4 jam berganti-ganti angkutan umum, akhirnya sampai juga kami di Pantai Kuta. Kami langsung menuju Segara Anak Bungalow. Hasil browsing di internet, banyak yang merekomendaasikan penginapan ini. Harganya 100 ribu rupiah per malam sudah termasuk sarapan untuk 2 orang. Dan Alhamdulillah, pilihan kali ini pun tidak salah.

Kalau menyebut kata Kuta, pikiran kita pasti langsung tertuju pada Pulau Bali. Kuta dan Bali seolah sudah menjadi kesatuan yang tak terpisahkan. Pesonanya bahkan sudah terkenal sampai ke manca negara. Tapi jangan salah, Pantai Kuta yang ada di Pulau Lombok juga tak kalah cantiknya dengan Pantai Kuta yang ada di Pulau Bali. Hamparan Samudera Indonesia dengan ombaknya yang menarik minat para penggiat olahraga surfing. Juga pasirnya yang menyerupai butiran merica menjadi daya tarik tersendiri bagi Kuta Lombok.

[caption id="attachment_267322" align="aligncenter" width="640" caption="Pantai Kuta, Lombok (foto: dokpri)"]

1379569277402058039
1379569277402058039
[/caption]

Sore pertama di Pantai Kuta kami manfaatkan untuk berjalan santai menyusuri pantainya yang berbutiran kasar seperti merica. Sumpah! Susah banget berjalan di pasir ini. Gak percaya? Coba dan buktikan aja sendiri!

Kami berjalan kaki sampai ke Pantai Seger. Pemandangan dari puncak bukitnya sungguh luar biasa. Cantik!

Hari Keempat - Dusun Sade, Rambitan

[caption id="attachment_267323" align="aligncenter" width="640" caption="Kuta Lombok yangcantik (foto: dokpri)"]

13795693571549574360
13795693571549574360
[/caption]

Setelah menghabiskan masing-masing sebuah pancake jatah sarapan di penginapan, yang sumpah rasanya enak banget, kami menyewa sebuah sepeda motor agar bisa lebih bebas berkeliling hari ini. Kebetulan penginapan kami menyediakan jasa penyewaan sepeda motor seharga 40 ribu rupiah per hari.

Tujuan kami hari itu adalah Dusun Sade di Desa Rambitan. Sebuah desa adat yang masih memegang teguh kearifan lokal warisan leluhur.

Begitu kami memarkirkan sepeda motor, seorang lelaki Suku Sasak bernama Pak Jali langsung menghampiri kami. Beliau menawarkan jasanya untuk menemani kami berkeliling Dusun Sade. Kami menyambut baik tawaran beliau.

Sambil berkeliling, Pak Jali meniceritakan banyak hal menarik tentang Suku Sasak. Salah satunya adalah tradisi 'kawin culik'. Seorang lelaki yang ingin menikahi gadis di sana, harus menculik atau membawa lari gadis tersebut. Bila sehari semalam tidak ada kabar, maka dianggap gadis itu telah menikah. Menculik gadis yang akan dinikahi dianggap lebih ksatria dibandingkan dengan meminta langsung kepada orang tuanya. Wow... coba saja kalau ada yang berani melakukan kawin culik di daerah lain, boro-boro bakal dianggap ksatria, yang ada si lelaki bakal dilaporin ke polisi karena telah menculik anak gadis orang. hehehe... Sebuah tradisi yang menarik!

[caption id="attachment_267326" align="aligncenter" width="640" caption="Dusun Sade, Rambitan (foto: dokpri)"]

13795695281350937120
13795695281350937120
[/caption]

Selain tentang tradisi kawin culik, Pak Jali juga menunjukkan bahwa semua rumah yang ada di Dusun Sade menggunakan kotoran kerbau atau sapi untuk mengepel lantai dan dindingnya. Tradisi unik ini masih terus digunakan oleh suku Sasak hingga kini, karena mereka meyakini bahwa lantai dan dinding yang dipel menggunakan kotoran sapi atau kerbau yang dicampur dengan air akan membuat lantai jadi kesat, mengkilap dan terhindar dari lalat dan nyamuk. Selain itu, bila sering dipel dengan kotoran sapi atau kerbau yang dicampur air akan membuat rumah adat Suku Sasak yang disebut Bale Ratih ini menjadi dingin di musim kemarau dan hangat di musim penghujan.

Tradisi membersihkan rumah dengan kotoran sapi atau kerbau ini dilakukan sebulan sekali oleh kaum perempuan Suku Sasak yang telah berkeluarga. Selain untuk membersihkan rumah, kotoran sapi atau kerbau juga dimanfaatkan untuk menjadi bahan campuran untuk membuat lantai rumah adat, yang fungsinya hampir sama dengan semen, yaitu sebagai bahan perekat. Dengan adanya campuran kotoran sapi atau kerbau tersebut lantai rumah akan menjadi lebih kuat dan tidak mudah retak. Ada yang berminat menjadikan kotoran sapi atau kerbau untuk membersihkan lantai...?!

Di Dusun Sade kami juga diajak melihat langsung proses pembuatan kain tenun khas Lombok. Semua masih dikerjakan secara manual. Benang-benang aneka warna itu dalam waktu sebulan akan berubah menjadi kain tenun yang sangat cantik.

Wow! banyak sekali informasi menarik seputar Suku Sasak yang aku peroleh dari Pak Jali. Sebuah tradisi yang masih terus dipertahankan hingga saat ini. Aku berharap, semoga tradisi-tradisi itu tidak akan pernah terkikis oleh kemajuan jaman.

Puas menggali informasi menarik di Dusun Sade, kami melanjutkan perjalanan ke pantai-pantai cantik yang bertebaran di bagian selatan Pulau Lombok ini. Masing-masing pantai, yang semuanya cantik itu, memiliki keistimewaan dan pesonanya masing-masing. Sebut saja Pantai Tanjung Aan, Pantai Gerupuk, Pantai Mawun, Pantai Are Guling, sampai Pantai Selong Belanak. Semuanya luar biasa!

[caption id="attachment_267327" align="aligncenter" width="640" caption="Pantai-pantai cantik di selatan (foto: dokpri)"]

13795695741369444704
13795695741369444704
[/caption]

***

Perjalanan ini, meski sederhana, tapi sungguh berkesan buat kami. Nyaman? Tentu saja... Apa yang kami rasakan dan nikmati selama 5 hari di pulau kecil ini sungguh membuat nyaman di mata, juga di hati. Sebuah kenyamanan yang tidak bisa dinilai dengan materi.

Terima kasih Tuhan, atas segala cinta.

** Tulisan ini disertakan dalam SilkAir Blog Competition

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun