[caption id="attachment_180174" align="aligncenter" width="300" caption="Copas dari http://blontankpoer.com/wp-content/gallery/performing-arts/maya_hasan_0902.jpg"][/caption]
Tersembunyi dalam balutan gaun hitam Dalam malam temaram, dihiasi bulatnya bulan yang sempurna tiada muram.. Si cantik pun tersenyum dengan manisnya.. Mengenalkan diri sebagai campuran Cina, Kalimantan dan Madura Yang terpesona pada irama pulau dewa Sejak lima tahun yang telah sirna..
Si cantik pun menghilang tak berapa lama Ketika sepasang pemuda mulai menghanyutkan suasana dengan kelincahan fisiknya Membawakan kisah harmonisasi “lanang- wadon” Yang telah menjadi jawara di negeri Sakura.. [caption id="attachment_181870" align="aligncenter" width="300" caption="Tari Lanang-Wadon. Foto koleksi pribadi Dewi dan Dini"][/caption]
Akhirnya, si cantik keluar lagi dengan anggunnya.. Berkebaya putih dan berselendang kuning.. Tersenyum penuh pesona..
Jemari lentik pun mulai memetik Dan harpa merah pun mengalun merdu Mengiringi alunan jegog yang dipukul lirih, kadang lembut, kadang cepat penuh semangat..
Si cantik pun tersenyum manis pada sang komposer.. Degup asa ada dalam dadanya.. Bahwa malam ini akan selalu dikenang massa Hingga bisa menginspirasi pemuda Untuk selalu cinta budaya bangsa, Indonesia..
*Mengenang kolaborasi Maya Hasan-Nyoman Winda dalam 6 komposisi “Meberaya” Progressive Jazz Gamelan Fusion ‘Penggak Men Mersi’ dalam rangka Pentas Kesenian Bali XXXII di panggung terbuka Arda Chandra, Art center Denpasar, 27 Juni 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H