ketur di bawah pun dengan sabar penuh setia
menunggu percikan ludah mereka yang pekat seakan penuh darah
lalu,
disisipkannya tembakau halus yang telah terpilin bulat ke dalam bibir mungilnya
masih dengan senyumnya, dia lakukan itu semua
setelah puas, mereka pun menutup gobek kuningannya
dan berjalan menuju ke dalam
para pemuda melirik dengan hela kecewa
karena ritual indah pagi itu berakhir dengan begitu cepatnya
hanya menyisakan angan
tentang wajah-wajah putih dan bibir merah merona yang menggemaskan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!