Teknologi semakin canggih membuat manusia semakin berlomba-lomba untuk menguasainya agar pekerjaannya dapat dilakukan dengan mudah. Manusia semakin enggan untuk bertindak secara alami. Perkembangan teknologi yang menginisiasi kemudahan dalam perjalanan membuat mayoritas penduduk di dunia ini mengabaikan dampak yang terjadi akibat membludaknya permintaan alat transportasi. Banyaknya alat transportasi banyak menimbulkan kemadharatan khususnya untuk alam. Karbon monoksida yang dihasilkan oleh kendaraan-kendaraan bermotor mengakibatkan polusi pada lapisan ozon. Selain itu, banyaknya alat transportasi terutama sepeda motor dan mobil dapat menyebabkan kemacetan. Sepeda motor, mobil dan alat transportasi lainnya juga membutuhkan lahan yang tidak sedikit agar tidak terjadi saling tabrak jika jalan yang dilaluinya sempit. Jalan tersebut memakan lahan yang cukup banyak. Namun, akar masalah utama dari kemacetan sebenarnya bukan pada lahan atau jalan yang sempit melainkan pada tingkat penggunaan kendaraan-kendaraan tersebut.
Pengguna transportasi yang sekarang berkembang tidak hanya orang-orang dewasa, anak-anak sekolah yang notabene masih menginjak sekolah dasar saja sudah mulai menggunakan motor sebagai alat transportasinya. Fenomena yang sangat terbalik, saat saya masih kecil. Kendaraan-kendaraan waktu itu lumayan masih sedikit. Tidak seperti sekarang ini. Kemudahan dalam mendapatkan kredit sepeda motor dan mobil meningkatkan konsumsi masyarakat akan sepeda motor dan mobil. Sehingga membuat orang berbondong-bondong untuk kredit kendaraan dan membuat pengguna kendaraan juga semakin banyak (meningkat). Dalam satu rumah tangga pun bisa dijumpai 2-3 kendaraan bahkan lebih. Penggunaan kendaraan bermotor yang memudahkan jarak tempuh perjalanan membuat banyak orang tergiur untuk memiliki kendaraan. Bayangkan setiap rumah tangga mempunyai sepeda motor, dan pagi-pagi mereka berangkat menuju aktivitasnya masing-masing menggunakan sepeda motor. Apa yang terjadi kalau bukan kemacetan. Orang-orang banyak menggerutu pada saat terjadi kemacetan. Menyalahkan pihak-pihak yang nengelola jalan tersebut. Akan tetapi mereka tidak menyadari, bahwa kemacetan tersebut timbul tidak hanya faktor eksternal mereka (ex: jalan). Kemacetan timbul akibat banyaknya pengguna motor yang tiap harinya semakin meningkat.
Pelebaran jalan bukan satu-satunya alternatif untuk mengatasi kemacetan. Semakin lebar jalan, pengguna motor dan mobil juga makin meningkat. Seperti didaerah saya misalnya, pelebaran jalan justru bukan sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan. Kemacetan malah semakin membrutal ketika jalan dieperlebar. Bus yang dahulunya tidak bisa seenaknya lewat dijalan itu, sekarang dengan santainya lewat dijalan tersebut. Sebelum ada pelebaran jalan, memang sudah terjadi kemacetan. Akan tetapi tidak separah sekarang. Jarak yang seharusnya bisa ditempuh hanya dengan 10 menit, karena sering terjadi kemacetan jadi sekitar 45 menitan. Lalu bagaimana solusi untuk mengatasi kemacetan tersebut?. Setelah melalui diskusi-diskusi kecil antar teman, saya sedikit memberi gambaran hasil diskusi kami. Alangkah baiknya, pemerintah atau pemda tidak perlu memperlebar jalan. Sebaiknya pemerintah atau pemda konsen pada jalan-jalan yang rusak dan perlu perbaikan. Semakin lebar jalan, maka pengguna jalan tersebut juga semakin tinggi. Jadi, bukan masalah jalan yang harus dilebarkan. Akan tetapi perlu ada pembatasan untuk kendaraan-kendaraan bermotor atau secara tidak langsung membatasi masyarakat agar tidak konsumtif terhadap alat transportasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H