Mohon tunggu...
Dee Shadow
Dee Shadow Mohon Tunggu... -

Esse est percipi (to be is to be perceived) - George Berkeley

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Para Pewaris Nabi

6 Juli 2014   20:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:15 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1404627877815377582

Sumber: www.dreamstime.com

Siapa para pewaris Nabi? Bayangan kita pasti melayang ke institusi-institusi relijius yang dihiasi simbol-simbol relijius yang menegaskan bahwa merekalah pemegang sah kehendak Tuhan. Bayangan kita pasti melayang ke sosok-sosok relijius dengan simbol-simbol relijius yang selalu melekat pada diri mereka dimana-mana. Bayangan kita pasti melayang ke sosok-sosok murah senyum yang sering muncul di TV dengan dandanan yang menunjukkan bahwa mereka sudah "pantas" menyandang pewaris Nabi.

Saya merasa beruntung mungkin saya sudah dikenalkan dengan pewaris Nabi. Anggota dari institusi relijius? Bukan. Salah satu sosok relijius dengan simbol-simbol relijius yang melekat di badannya? Bukan. Salah satu sosok yang sering muncul di TV? Juga bukan.

Hari itu hujan deras. Karena membawa barang bawaan yang banyak saya terpaksa menggunakan jasa seorang tukang becak. Sebenarnya tempat tujuannya tidaklah jauh, tetapi karena hujan dan barang bawaan itu cukup penting maka saya terpaksa menggunakan jasa mereka. Sebenarnya cukup riskan karena cukup banyak penyedia jasa itu yang nakal dengan mengambil rute melingkar dan menarik ongkos yang saya pikir tidak wajar. Tetapi saya ambil resiko itu mengingat barang bawaan itu cukup penting. Akhirnya ada seorang bapak tua berbaju lusuh dengan handuk tersampir di pundaknya menghampiri saya dan menawarkan jasa becaknya. Saya setuju. Selama perjalanan, bapak tua itu mengikuti rute yang semestinya memang tidak begitu jauh. Ah saya justru merasa salut dan merogoh uang sepuluh ribu segera setelah saya sampai di tujuan. "Sudah bapak ambil semua" kata saya menyodorkan uang itu sambil turun. Tapi bapak tua itu menolak dan berkata, "seperti biasanya saja." Saya jawab, "Lho pak saya juga nggak tahu seperti biasanya itu berapa karena saya jarang naik becak." Lanjut bapak itu sambil tersenyum, "4.000 saja cukup." "Sudahlah pak saya juga nggak keberatan kok," kata saya maksa sambil menyodorkan uang itu. Bapak itu menerimanya dan yang mengejutkan bapak itu sibuk mengambil uang kembalian dan memberikan uang 6.000 kepada saya. "Terima kasih ya," ucapnya lugu sambil memberikan uang kembalian. Saya seperti tersihir dan menerima uang kembalian itu begitu saja. "Ya...ya..pak, saya yang terima kasih," balas saya tergagap karena masih tidak percaya. Sejenak kemudian saya masih sempat melihatnya mengayuh becaknya menjauh diantara hujan yang masih turun cukup lebat.

Bayangan bapak tua penarik becak berbaju lusuh itu selalu muncul ketika banyak saluran TV ramai-ramai memberitakan sosok relijius yang terkena skandal . Baik itu masalah menikah lagi, mengumpulkan harta melampaui batas kewajaran, melakukan praktek-praktek mistis yang menyimpang atau persoalalan-persoalan lain. Bayangan bapak itu muncul ketika ramai diberitakan institusi relijius pemerintah harus memulihkan nama baiknya dari kasus korupsi dana haji. Bayangan bapak itu muncul ketika para sosok-sosok relijius turun gunung sibuk memberikan dukungan ke salah satu capres dengan menggunakan ayat-ayat suci dan kebenaran-kebenaran agama. Bayangan bapak itu selalu muncul.....

Entahlah mungkin kebanyakan orang menganggap bapak itu hanya seorang penarik becak biasa tetapi bagi saya bapak itu lah pewaris Nabi. Terang cahaya Ilahi bisa ada dimana-mana.

You are not what you were born, but what you have within yourself to be. (Kingdom of Heaven)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun