Beberapa hari ini, ada dua teman yang melangsungkan pernikahan. Dua teman saya ini menikah di usia yang bisa dibilang tak lagi muda. Tentu saja sebagai teman saya ikut bahagia dan terharu. Kedua teman saya ini akhirnya menemukan jodohnya.Â
Mungkin, menemukan jodoh tak menjadi masalah bagi saya. Saya menikah di usia 25 tahun, usia standar menikah di Indonesia. Itu dua belas tahun yang lalu.
Pertemuan dengan suami terjadi secara kebetulan. Saat itu kami sama-sama mengantar teman yang ingin mendaftar kepanitiaan acara kampus. Awalnya saya tak berniat mendaftar, tapi kemudian teman memaksa ikut serta. Eh, siapa sangka suami pun begitu.Â
Alhasil, kami terlibat dalam suatu kepanitiaan. Panitia pelaksana pemilihan umum fakultas (PPUF) , saat itu kampus sedang ada gawe besar : pemilu presiden BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa).Â
Saya bertanggung jawab menjadi ketua PPUF FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), suami menjadi salah satu anggota saya. Saya memang anak FISIP, tetapi dia anak FH (Fakultas Hukum). Jadi, sejak itu kami sering bertemu.Â
Pemilu kampus usai, kisah cinta kami dimulai. Setelah berpacaran selama empat tahun, kami pun menikah. Ya, mungkin terlihat mudah bagi saya untuk menemukan jodoh. Tak sengaja bertemu dan dipertemukan di usia yang masih muda.Â
Tentu beda ceritanya dengan orang yang masih berjuang mendapatkan jodoh di usia tak lagi muda. Dua teman yang saya ceritakan diatas salah satunya.Â
Meski saya tak tahu secara detail bagaimana mereka bertemu jodohnya, saya tahu mereka selama ini pun berusaha. Mereka tidak diam menunggu jodoh datang. Pun, mereka juga tak putus asa.Â
Teman pertama, menikah di usia 36 tahun. Seusia saya saat ini. Suaminya adalah teman dari suami teman saya lainnya. Jadi, bisa dikatakan dia adalah hasil perjodohan.Â
Sementara, satunya lagi berusia 46 tahun. Cerita bagaimana dia menemukan jodohnya lebih menarik lagi. Mereka bertemu di situs perjodohan. Setelah empat tahun menjalani hubungan, baru mereka menikah.Â