Lalu, apa yang harus dilakukan? Pastinya adalah mendorong masyarakat untuk mulai sadar mengolah sampahnya sendiri. Mengubah pola pemikiran yang sudah lama, bahwa masalah sampah bukan hanya tanggung jawab petugas sampah semata. Tetapi perlu kolaborasi bersama.
Dimulai dari sektor rumah tangga. Setiap rumah harusnya sudah bisa mengolah sampahnya sendiri. Bagaimana caranya?
Bisa dimulai dengan menerapkan program rumah minim sampah. Sebisa mungkin berusaha untuk tidak menghasilkan sampah. Caranya melalui 3 M :
Mencegah :
Memilah
Tahapan selanjutnya adalah dengan memiliah sampah. Jangan lagi mencampur semua sampah menjadi satu. Pisah berdasarkan jenisnya. Pemisahan yang paling sederhana adalah memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Pemilahan ini bertujuan untuk mempermudah proses pengolahan sampah.
Mengolah
Rumah tangga bisa mengolah sampahnya sendiri. Khusunya sampah organik. Dimana sampah organik inilah yang menjadi penyumbang terbesar jumlah sampah di TPA. Bahkan sampah organik ini juga yang menghasilkan gas metana. Pemicu ledakan di TPA Leuwigajah.
Mengolah sampah organik di rumah bisa dilakukan dengan banyak cara. Mulai dari mengubur sampah organik di halaman rumah, membuat lubang biopori, keranjang takakura, felita ataupun komposter drum biru. Semua bisa dipilih sesuai kemampuan dan kondisi masing-masing rumah.
Bila sampah organik sudah diolah dengan baik, tentu tak ada lagi yang dibuang ke TPA. Ini bisa mengurangi jumlah sampah di TPA.
Sedangkan untuk sampah anorganik bisa disetorkan ke bank sampah. Atau membuat beragam barang kerajinan daur ulang. Tentu bila ditekuni dengan serius pasti akan menjadi sumber ekonomi yang menjanjikan.
Terakhir, untuk sampah yang tidak bisa dikelolah sendiri, baru dibuang ke tempat sampah. Sampah-sampah inilah yang nantinya dibuang ke TPA. Tentu jumlahnya sangat sedikit, karena sudah banyak yang dikelolah sendiri.