Artikel Lomba Hari Pangan Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia
Perubahan era agraria ke era industrialisasi membawa dampak yang sangat besar bagi sistem kemasyarakatan di Indonesia. Dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani beruhah menjadi bermata pencaharian di sektor industri. Selang beberapa waktu banyak penduduk khususnya kaum muda yang berbondong-bondong ke kota untuk mengadukan nasib mencari pekerjaan. Akibatnya, dari tahun ketahun generasi penerus petani semakin berkurang dan mayoritas petani pada saat ini adalah kaum lansia (diatas 40 tahun).
Dampak yang paling terasa kita alami adalah produksi pangan (pertanian, perkebunan dan perikanan) menurun drastis bahkan untuk memenuhi permintaan pangan dan gizi dalam negeri, kita harus mengimpor dari negara tetangga. Bahkan kelangkaan bahan pangan dalam negeri banyak dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga harga pangan dalam negeri naik tajam sedangkan harga pangan impor lebih murah yang pada ujung-ujungnya para importir berdalih untuk menekan harga pangan dalam negeri dan mengatasi kelangkaan sumber pangan jalan terbaik adalah harus impor bahan pangan. Kondisi ini semakin membuat petani pejuang pangan dan gizi bangsaku semakin menjerit, bagaimana tidak? di tengah serbuan impor bahan pangan dengan harga lebih murah, jika petani tidak menurunkan harga maka produk bahan pangan mereka tidak akan laku akan tetapi jika menurunkan harga maka para petani tidak akan mendapatkan untung dengan kata lain akan merugi.
Untuk itu, negara kita harus mulai berbenah dari sekarang. Sektor pangan (pertanian, perkebunan, perikanan) harus mulai di galakkan agar ketahanan pangan Indonesia tetap terjaga. Mulai dari pemanfaatan lahan kritis yang selama ini terabaikan menjadi lahan aktif yang bisa dimanfaatkan menjadi lahan pertanian, perikanan ataupun perkebunan.
Dalam peringatan hari pangan sedunia ini, Indonesia harus kembali meningkatkan produksi pangan nasionalnya, untuk itu Pemerintah harus 100% mendukung kebangkitan para petani pejuang pangan dan gizi bangsaku dalam penyediaan kebutuhan para petani termasuk dalam pemasaran hasil buminya. Yang menjadi kendala dan sering dikeluhkan oleh para petani adalah masa setelah panen, karena sulitnya untuk memasarkan hasil panen para petani sering menjual hasil penen kepada para tengkulak sehingga harga yang dikenakan jauh dari harga standard. Harga yang tidak sebanding dengan harga pemberian pupuk dan tenaga yang dikeluarkan oleh para petani. Untuk itu pemerintah perlu dan harus segera memotong rantai panjang distribusi hasil bumi dari petani kepada konsumen sehingga tidak merugikan kaum petani.
Terkait dengan itu semua, kesejahteraan para petani tulang punggung pangan dan gizi bangsaku juga harus dipikirkan. Bagaimana sebuah negara bisa memiliki ketahanan pangan jika para petaninya tidak sejahtera. Hal ini yang masih perlu perhatian khusus dari pemerintah karena pada kenyataannya petani Indonesia mayoritas hidup jauh dari kata layak. Sangat ironis apalagi jika dikatakan petani hidup dan mati bangsaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H