Setiap keluarga pastilah menginginkan banyaknya waktu untuk berkumpul bersama anggota keluarga. Berkumpul dalam artian bahwa semua anggota keluarga bersama-sama melakukan aktivitas yang sama seperti berwisata, makan bersama, olahraga bersama atau hanya sekedar menonton acara televisi dirumah. Biasanya untuk keluarga kecil atau baru kebersamaan bukanlah hal yang susah karena masih sedikitnya aktifitas dalam anggota keluarga.
Alhamdulillah ditahun ke 6 membina keluarga, anggota keluarga kecil saya sudah lengkap menjadi keluarga berencana (KB) tepatnya setelah kami dikaruniahi anak kedua pada akhir tahun 2015. Takut akan kebersamaan yang semakin kurang, istri saya memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai pengajar di salah satu SMPN di kabupaten Sidoarjo. Awalnya memang terasa berat bagi istri saya untuk melepas pekerjaan tersebut karena hampir 10 tahun pekerjaan tersebut telah membesarkannya. Akan tetapi berdasarkan pengalaman dalam mendidik anak yang harus sering berganti-ganti pengasuh dan lambatnya perkembangan anak pertama, akhirnya istri saya ikhlas melepaskan pekerjaannya.
Bagi saya dan istri kebersamaan bersama anggota keluarga sangatlah penting karena dapat digunakan sebagai sarana komunikasi, sharing bahkan pendidikan di dalam keluarga. Kebersamaan tidak harus mahal ataupun harus mencari tempat yang jauh, yang paling penting dalam kebersamaan adalah adanya interaksi diantara anggota keluarga.
Saya bekerja dengan sistem shif di perusahaan yang memiliki jam operasi 24 jam tanpa henti bahkan dihari libur nasional sekalipun membuat waktu untuk berkumpul dengan keluarga jadi gampang-gampang susah. Secara perhitungan memang dengan sistem shif banyak waktu luang dirumah akan tetapi quality time bersama keluarga kadang lebih sedikit karena jam istirahat (tidur) tidak bersamaan. Tidak jarang anak yang paling besar selalu menanyakan kapan saya libur, maklum dengan hadirnya sikecil otomatis waktu saya dan istri banyak yang tersita untuk sikecil.
Dengan kondisi seperti itu, kebersamaan bersama keluarga saya merupakan mahal harganya sehingga setiap ada kesempatan untuk bersama keluarga tidak akan saya sia-siakan seperti menonton acara televisi dan makan bersama. Walaupun terkesan ala kadarnya dan sederhana tetapi hal itulah yang membuat keluarga saya menjadi harmonis dan nyaman tentunya. Sebagai catatan saya di didik ibu saya untuk mencintai masakan rumah. Hampir sejak kecil ketika masih sekolah sampai masuk dunia pekerjaan saya tidak pernah melewatkan masakan rumah(bekerja dapat makan dari perusahaan).
Begitupun dengan saat ini ketika sudah berkeluarga, saya tidak pernah menyia-nyiakan masakan istri saya. Apalagi ketika makan ditemani oleh anggota keluarga yang membuat suasana menjadi meriah. Tanpa saya sadari, anak pertama saya sudah mulai meniru kondisi saya, setiap makan selalu minta ditemani saya dan ataupun istri saya. Saya pun beberapa kali menanyakan perihal kenapa makan kok selalu minta ditemani orangtua khususnya saya. Anak saya pun menjawab “enak, ramai dan bisa cerita-cerita, apalagi papa banyak kerjanya”. Jika mendengar kata-katanya, saya selalu teringat ketika masih sekolah dan kedua orang tua saya bekerja apalagi ayah saya juga bekerja shif, sedikit sekali saya dapat makan bersama-sama kedua orang tua. Karena itulah setiap semua dirumah khususnya saya jika waktunya makan maka saya mewajibkan untuk makan bersama karena saya tidak mau anak-anak saya juga mengalami perasaan yang saya alami dulu sehingga diwaktu orangtua saya sudah pensiunpun jarang sekali untuk makan bersama dalam satu meja.
Setelah dikaruniai anak kedua dan istri saya resign dari pekerjaan, kebersamaan keluarga saya jadi lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya sehingga minimal dalam sebulan saya sekeluarga menyempatkan untuk refreshing atau hanya sekedar jalan-jalan dan makan diluar. Bahkan sesekali kami juga mengajak keluarga besar saya seperti ayah, ibu dan saudara untuk makan bersama. Dalam hal pemilihan tempatpun saya tidak pernah yang terlalu pilih-pilih, bagi saya dan keluarga selain rasa makanan cocok di lidah, tempat yang nyaman dan bersih juga menjadi pilihan apalagi harga yang bersahabat terhadap dompet saya, bahkan sesekali ketika pergi keluar kota kami sempatkan untuk makan di warung lesehan pinggir jalan. Maklum yang tujuan utama saya hanya mencari suasana baru dalam makan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H