Saat artikel ini ditulis, dunia maya sedang heboh dengan temuan Google baru-baru ini yang bernama Google Duplex. Apa yang baru ?, seperti Google Assistant (program buatan Google yang bisa diperintahkan dengan suara) yang selama ini sudah ada diponsel android, namun lebih cerdas dan "manusiawi" dengan AI (Artificial Intelligent) nya, seperti mampu melakukan pemesanan atau reservasi di restoran.Â
Tidak hanya memesan, bahkan mampu melakukan dialog yang sama persis seperti manusia sungguhan, bahkan ketika bagian pemesanan restoran menyampaikan diwaktu tertantu sudah full booked, maka si Duplex ini bisa mengusulkan untuk reschedule, begitu juga dengan ekspresi "mmh.." atau semacamnya yang teramat mirip dengan manusia sungguhan.
Masih ingat dengan petugas dipintu toll ?, kalau dulu jamak ketika kita melewati pintu toll ada petugas yang menerima pembayaran kita, per November 2017 yang lalu, setelah massifnya penggunaan kartu e-toll, hampir 1300an petugas ini dialih fungsikan ke tempat yang lain oleh Dinas Jasa Marga Tbk. Dengan kata lain, tugas mereka digantikan oleh mesin, yang pastinya lebih cepat dan akurat.
Pada dua kisah diatas, kalau kita cermati, dalam waktu yang tak seberapa jauh, profesi serupa dalam aktivitas kerja bisa jadi akan tergantikan oleh komputer.
Saat ini juga sedang marak dengan adanya hari nasional "baru", yakni Hari Belanja Online Nasional, hari yang tentunya digemari oleh pencinta belanja online, karena menawarkan diskon besar-besaran disejumlah toko online yang sudah punya pasar di Indonesia. Bagi Anda yang hobi belanja, tentu saja toko online ini menawarkan sejumlah layanan kemudahan untuk pelanggannya.Â
Jika dulu untuk belanja kita musti keluar rumah, maka dengannya kita cukup duduk manis di dalam rumah. Kalau sebelumnya kita belanja satu produk dengan hanya satu harga, maka sekarang, puluhan bahkan ratusan pilihan lain siap-siap menawarkan kepada kita dalam satu layar plus ditambah diskon-diskon yang teramat menarik.
Fenomena baru tentang kecanggihan teknologi yang menggusur cara konvensional ini sejatinya memang sudah ada didepan mata. Saya coba tunjukkan contoh beberapa dinegara tetangga dan juga Indonesia.
Oktober 2017, Giant Malaysia mengumumkan penutupan lima gerainya di Negeri Jiran. Kelima gerai yang tutup terletak di Sri Manjung, Sungai Petani, Shah Alam City Centre Mall, Sibu, dan Selayang Lama. Ketika itu, GCH Retail Malaysia selaku pemilik Giant Malaysia mengatakan, keputusan menutup toko tak terhindarkan sebagai upaya "menata kembali operasional untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas".Â
Begitu juga dengan di negara Singapura. Raksasa swalayan Giant tergulung badai kelesuan ritel. Gerai mereka di mal terbesar Singapura, VivoCity, dipastikan tutup awal 2019. Gerai itu menyusul cabang lainnya yang terlebih dulu tutup di Junction 10 dan Jalan Tenteram.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia ?.
Setelah PT Matahari Department Store Tbk menutup dua toko Matahari Department Store di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M, kini giliran PT Mitra Adi Perkasa Tbk yang bakal menutup toko Lotus Department Store di gedung Djakarta Theater XXI, Jakarta Pusat. Disisi lain, toko retail konvensional juga sudah menunjukkan kelesuannya, salah satunya dibuktikan dengan  total belanja iklan dari 16 toko online terbesar di Indonesia sejak Januari hingga September 2017 mencapai Rp 1,25 triliun, sementara total belanja iklan tiga department store terbesar di Indonesia, yakni Matahari, Metro dan Ramayana, pada periode yang sama hanya Rp 40,41 miliar.