Mohon tunggu...
Dedy Ramadhan
Dedy Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student at Djuanda University

Interested in Public Relations, Event Organizer, politics, social, movies, books, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pesan Tersembunyi di Balik Pernyataan Presiden Jokowi di Markas Militer Bersama Menteri Pertahanan (Analisis Semiotika)

24 Januari 2024   14:12 Diperbarui: 24 Januari 2024   14:18 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini, gue akan membahas sebuah peristiwa menarik yang baru banget terjadi di perpolitikan Indonesia. Pak Jokowi mengatakan bahwa presiden boleh kampanye dan memihak salah satu pasangan calon. Yang lebih menarik, beliau menyampaikan hal ini di samping Menteri Pertahanan yang juga calon presiden di Pemilu 2024, dan lokasinya adalah di markas militer. Hm, kira-kira apa sih pesan yang ingin disampaikan Pak Jokowi terkait statement-nya kepada media? Gue akan coba analisis semiotika dari situasi ini.

Pernyataan "Presiden Boleh Kampanye" dan Pertanyaan Etika Pak Jokowi

Biasanya, kita mengenal presiden sebagai sosok yang harus netral dalam politik. Pernyataan "presiden boleh kampanye" ini jadi sesuatu yang menjadi tanda tanya dan mengundang banyak pertanyaan dari masyarakat terkait etika kepemimpinan. Di satu sisi, ini bisa dianggap sebagai sebuah langkah berani yang menandakan transparansi. Namun di sisi lain, ini juga bisa diartikan sebagai langkah yang menyimpang dari prinsip netralitas yang selama ini dipegang teguh oleh seorang kepala negara.

Figur Menteri Pertahanan Lebih dari Sekedar Kehadiran

Kehadiran Menteri Pertahanan, Pak Prabowo Subianto, yang juga merupakan calon presiden di samping Pak Jokowi menambahkan makna khusus. Ini bukan sekadar kebetulan semata, tapi sebuah pilihan yang mungkin dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan dan kekuatan. Dalam semiotika, setiap elemen berperan sebagai tanda, dan di sini, kehadiran Menteri Pertahanan bisa diinterpretasikan sebagai tanda dukungan yang tidak tersirat namun kuat.

Markas Militer sebagai Simbol Kekuatan

Nah, ini yang paling menarik! Kenapa harus di markas militer? Lokasi ini bukan hanya sebuah tempat biasa, tapi juga sebuah simbol kekuatan. Dalam semiotika, setiap elemen memiliki makna. Di sini, markas militer bisa dilihat sebagai upaya untuk menegaskan pesan kekuatan dan ketegasan, dua hal yang sering dikaitkan dengan militer.

Analisis semiotika di atas menunjukkan bahwa pernyataan Pak Jokowi tidak hanya sekadar kata-kata. Ini adalah strategi komunikasi dengan setiap elemen yang dirancang untuk mengirimkan pesan kepada masyarakat. Setiap pilihan lokasi, figur, dan pernyataan memiliki makna tersendiri yang bisa mempengaruhi cara kita memahami dan mengartikan maksud dari pesan tersebut. Politik tidak hanya tentang siapa yang berbicara, tapi juga bagaimana dan di mana mereka berbicara. Pernyataan ini memicu debat tentang etika kepemimpinan dan netralitas presiden. Dan, kehadiran Menteri Pertahanan yang juga calon presiden di samping Pak Jokowi, terutama di markas militer, bukan hanya kebetulan tapi sebuah pesan simbolis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun