Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Kejuaraan olahraga terbesar di dunia ini seharusnya dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2023. Namun, acara ini batal diselenggarakan oleh Indonesia.Â
Berbagai polemik hadir menjelang berlangsungnya Piala Dunia U-20 di Indonesia, khususnya terkait dengan lolosnya Tim Nasional Israel U-20 yang nantinya akan datang dan bermain di Indonesia. Berbagai penolakan terhadap Timnas Israel U-20 datang dari masyarakat, LSM, dan juga Pemerintah. Hal ini dikarenakan dengan kekerasan dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina.Â
Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara yang tidak mengakui kedaulatan Israel sebagai sebuah negara. Alasannya, secara wilayah dan tanah yang ditempati Israel merupakan tanah milik bangsa Palestina.Â
Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno bahkan pernah tak mengundang Israel dalam acara Internasional Konferensi Asia-Afrika 1955, di Bandung. Sikap itu adalah sebagai bentuk dukungan Indonesia kepada rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan.Â
Penjajahan yang dilakukan Israel kepada Palestina bertentangan dengan pembukaan konstitusi Indonesia "penjajahan di atas dunia harus dihapuskan". Inilah yang menjadi alasan banyaknya penolakan yang terjadi atas Timnas Israel U-20 yang akan bertanding di Indonesia.Â
Selain masyarakat, banyak pejabat pemerintah yang juga menolak timnas Israel U-20. Gubernur Bali, Wayan Koster menolak timnas Israel berlaga di Bali. Menurutnya, kebijakan politik Israel terhadap Palestina tidak sesuai dengan kebijakan Indonesia.Â
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo juga menolak Israel tanding di Indonesia. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengatakan bahwa FIFA (Federation Internationale de Football Association) menerapkan standar ganda.Â
Seperti yang sempat ramai diperbincangkan di jagat dunia maya, FIFA memberikan sanksi larangan (banned) untuk klub dan tim nasional Rusia untuk berpartisipasi di seluruh event sepakbola dunia yang diselenggarakan oleh FIFA dan UEFA dikarenakan kekerasan, kejahatan kemanusiaan, dan invasi yang dilakukan oleh Rusia kepada Ukraina. Ini merupakan hal sama yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina, tetapi Israel tidak dijatuhi sanksi apapun oleh FIFA atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukannya. Dapat dikatakan bahwa FIFA menerapkan standar ganda atau tebang pilih untuk melakukan sanksi terhadap negara yang jelas-jelas melanggar hukum Internasional.Â
Beberapa pemain sepakbola di dunia juga melakukan protes atas standar ganda yang dilakukan oleh FIFA. Artem Dzyuba, yakni kapten timnas Rusia tidak menyangka bahwa FIFA bertindak begitu cepat untuk memberikan sanksi kepada Rusia. Dzyuba juga mengatakan bahwa organisasi tertinggi sepakbola ini dinilai menerapkan standar ganda atas Israel dibanding negara lainnya. Mohammed Aboutrika juga angkat suara, Ia mengecam tindakan standar ganda FIFA terkait politik, perang, dan kemanusiaan. FIFA dianggapnya dengan muda memberikan sanksi pada Rusia tetapi tidak dengan Israel.Â
Hal seperti ini tidak boleh dilakukan oleh organisasi tertinggi sepakbola dunia. FIFA seharusnya adil dalam memberikan sanksi kepada negara-negara yang melanggar hukum internasional, baik itu Rusia, Israel, Amerika, dan negara-negara lainnya. Standar ganda yang dilakukan oleh FIFA ini dapat memicu adanya perdebatan dan juga perpecahan yang terjadi di dalam persepakbolaan dunia.Â