Mohon tunggu...
Dedy Pangestu
Dedy Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu informasi dan Perpustakaan

Bidang IIP

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Masuknya Agama Islam dan Makam Masjid Mbah Karimah Surabaya (Mertua Sunan Ampel)

23 Mei 2024   08:05 Diperbarui: 23 Mei 2024   08:32 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lokasi makam mbah karimah

Masjid merupakan sarana tempat ibadah yang digunakan untuk menjalankan ibadah bagi umat islam. Masjid juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan islam seperti, mengaji Al-Quran, pembelajaran tafsir, pengkajian keagamaan, pembelajaran baca tulis Al-Quran.

Pada zaman penyebaran islam di indonesia, masjid digunakan tempat untuk pendekatan pada masyarakat yang agamanya masih hindu-budha. Pendekatan ini digunakan oleh walisongo untuk menarik masyarakat zaman itu. Selain itu, corak-corak dan filosofi dari bangunan masjid juga dibuat seperti corak hindu-budha untuk beradaptasi dan menyesuaikan kebiasaan dari masyarakat tersebut.

Oleh karena itu, para walisongo menerapkan metode dengan penyesuaian dari masyarakat hindu-buddha. Pendekatan ini dilakukan untuk mengajarkan masyarakat saling toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. Walisongo menerapkan metode tersebut karena ada alasan menyebarkan islam tidak melalui paksaan hingga menimbulkan konflik.

Masjid makam mbah karimah yang berada pada jalan kembang kuning surabaya ini memiliki sejarah panjang dikarenakan adanya petilasan dari makam ki bang kuning atau sering disebut dengan mbah karimah. Hal itu membuat banyaknya sejarah yang dapat diambil dari dari asal muasal dari masjid kembang kuning atau sering dikenal dengan masjid mbah karimah ini.   

 

Ki Bang Kuning atau lebih sering dikenal sebagai Mbah Wiroseroyo merupakan mertua dari Raden Rahmat. Hal itu dikarenakan menurut Prof. Aminnudin Kasdi dalam buku sejarah makam mbah karimah dijelaskan bahwa sebelum sampai ke ampel denta raden rahmat pernah tinggal di kediaman Ki Bang Kuning atau Mbah Karimah. Hal itu didukung dengan pada jaman dahulu perjalanan untuk sampai ke ampel denta harus melewati sungai brantas terlebih dahulu sehingga hal tersebut memiliki bukti yang kuat.

Dalam kediaman Ki Bang Kuning Raden Rahmat seiring bertambahnya waktu mempersunting putri Ki Bang Kuning yang bernama Nyai Nimas Kuning sebagai istri kedua dari Sunan Ampel. Selama tinggal disana Raden Rahmat mendirikan masjid yang kelak disebut sebagai Masjid Rahmat. Seiring berkembangnya waktu nama Ki Bang Kuning bergeser menjadi kembang kuning. Hal tersebut juga dikarenakan menyesuaikan dengan logat dan bahasa masyarakat sekitar.

Penyebaran Agama Islam di Surabaya yang dilakukan oleh Sunan Ampel menggunakan cara pendekatan langsung dengan tokoh-tokoh masyarakat. Sunan Ampel pergi ke Surabaya silaturahmi dengan bupati Surabaya, yaitu Ki Bang Kuning. Lalu, kedekatan Sunan Ampel dan Ki Bang Kuning semakin erat. Ki Bang Kuning menjodohkan putrinya Nyai Karimah dengan Sunan Ampel. Setelah pernikahannya, Sunan Ampel memberikan mahar yaitu pembuatan Masjid Rahmat dan Masjid di dekat kediaman Ki Bang Kuning (yang sekarang menjadi makam Ki Bang Kuning). Sampai sekarang makam tersebut masih eksis ramai pengunjung dan peziarah dari berbagai daerah.

228c5978-a496-4a98-8744-2e1bd491daac-664e9beb34777c4e526c2682.jpeg
228c5978-a496-4a98-8744-2e1bd491daac-664e9beb34777c4e526c2682.jpeg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun