Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Suprianto, Pria yang Menjadi Kaya Raya Karena Ubi

20 Juni 2016   11:34 Diperbarui: 20 Juni 2016   21:36 1901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sutrisno mengaku salut kepada Suprianto yang pekerja keras, pantang menyerah namun berkepribadian sederhana serta suka membantu orang lain. “Ia kerap tidur di kilangnya itu. Mungkin supaya usahanya tetap maju,” terangnya.

Bahkan, menurut Sutrisno, ia suka memperhatikan bagaimana Suprianto saban hari menjemur tapioka. 

“Nanti pukul enam pagi ia sudah buka kilangnya. Pulangnya kadang sore, kadang malam,” sambungnya.

Meski sudah kaya raya, Suprianto tetap rendah hati dan suka menolong sesama. Kepada karyawannya ia tak pernah telat membayar gaji yang layak, begitu juga bonus-bonus. Sekali setahun ia juga membawa karyawannya jalan-jalan bersantai ke luar kota. “Bahkan kalau ada yang sakit atau membutuhkan bantuan, Suprianto ini cepat sekali membantu,” beber Sutrisno

Suprianto, pengusaha kilang tapioka di Sumut. foto oleh Dedy Hutajulu
Suprianto, pengusaha kilang tapioka di Sumut. foto oleh Dedy Hutajulu
Cuma Tamatan SD

Salah satu kehebatan Supriantoadalah, ia mampu menjalankan usaha tapiokanya hingga mencapai kejayaan. Meski pendidikannya hanya sampai sekolah dasar (SD), itu ternyata tidak ukuran untuk meraih sukses. 

Sejak tamat SD, Suprianto langsung terjun ke dunia kerja,sebagai tukang pacul hingga buruh kasar. Ia mencoba banyak pekerjaan. Hingga akhirnya kecantol di kilang tapioka milik orang Tionghoa. 

Di sana ia bekerja selama 12 tahun, lalu akhirnya keluar karena ingin mandiri. Rupanya tekatnya untuk mandiri telah membawanya pada sekelabat sukses gemilang. Menurut Muhammad Ishak, Dosen Ekonomi Universitas Negeri Medan, keberhasilan Suprianto bukanlah karena pinjaman, melainkan dipengaruhi aspek psikologis dan manajemen. 

“Modal itu nomor dua. Jika sudah ada rencana bisnis dan psikologis si peminjam sehat, usahanya pasti maju. Pinjaman dari bank efektif, jika usaha sudah ada, bukan dimulai dari nol,” kata Ishak.

Menyikapi rencana pemerintah mendorong sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), Ishak menganjurkan, sebaiknya ada kerangka kerjasama antara pemerintah daerah dengan pihak bank. 

Bahkan, Pemda harus bisa menggaransi pihak bank manakala terjadi kegagalan cicilan pembayaran dari pelaku UMKM. Pemerintah bisa mengevaluasi dan mengantisipasi hal tersebut dengan cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun