Mitty, Anak Tuna Rungu
 [caption caption="Tuna Rungu Jawara Modelling dan Menari"][/caption]
TAMPIL gemilang di hadapan peserta seminar, Mitty Shella Ardhani (18) mendapat tepuk tangan meriah. Mitty, begitu disapa, seorang tuna rungu namun lincah dan gemulai dalam membawa tarian.
Sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK), putri sulung dari pasangan Suheri (51) dan Wiwik Erianti (45) itu sangat menggandrungi seni tari dan dunia modelling. Keterampilannya dalam modelling telah membawanya wara-wiri di tanah air. Ia mengoleksi banyak penghargaan. Teranyar, ia menyabet juara 2 menari tingkat nasional dan juara 1 modelling tingkat nasional bagi kalangan ABK.
"Saya pengen kuliah di tata rias," katanya berharap saat diwawancarai di aula Asrama Haji Pangkalan Masyhur, Jalan Abdul Haris Nasution, Medan, Selasa (15/12) usai seminar pembudayaan pendidikan inklusif di Indonesia.
Wiwik, ibunya mengaku tantangan terbesar mendidik Mitty adalah kesabaran dan komitmen mendukung penuh keinginan anaknya untuk bersekolah dan berkarya. "Saya selalu mendukungnya sepenuh hati," ujarnya.
Wiwik mengatakan, sebagai orangtua dari anaknya yang berkebutuhan khusus, ia tak malu punya anak ABK. Ia selalu membawa anaknya jalan-jalan sehingga lebih banyak mengenal orang lain, terbiasa berbaur dengan banyak orang demi menumbuhkan kepercayaan diri.
Siti Maryam, gurunya menegaskan, dalam mendidik anak-anak berkebutuhan khusus, tidak boleh anak diperlakukan secara terkotak-kotak atau dimarjinalkan. ABK harus dihargai dan diperlakukan secara setara dan membiasakan mereka mandiri.
Sementara itu Rektor Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom menambahkan, perlu usaha besar untuk mendorong semua pihak terlibat dan berkomitmen. Selain itu, perlu ada dukungan regulasi yang kuat dari pemerintah. Tak kalah penting, mempersiapkan keterampilan guru pendamping khusus ABK baik dalam kompetensi mendidik, desain pembelajaran di kelas maupun pendekatan serta media belajar yang digunakan. "Kami sudah bicarakan di tingkat senat Unimed supaya dibuka satu program studi tentang pendidikan layanan khusus," terangnya.
Dr Sanusi, M.Pd dari Kementerian Pendidikan mengatakan, pemerintah pusat kini memberikan kemudahan-kemudahan bagi ABK untuk mengakses layanan pendidikan bermutu. Selain itu, kemendikbud juga mendukung penuh Sumut menjadi provinsi yang inklusi. Ia mengimbau agar setiap sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA harus siap menerima anak-anak berkebutuhan khusus. "Ke depan melalui kepala dinas pendidikan, jika ada prajabatan, guru-guru akan diberi pelatihan dan pembekalan terkait layanan pendidikan khusus. Namun yang terpenting, peran serta masyarakat. Jika ada anaknya yang ABK, segera didaftarkan ke sekolah," katanya.
Dr Musjafak Assjari dari UPI Bandung mengatakan, untuk memberikan layanan pendidikan secara optimal bagi ABK, perlu ada komitmen bersama dari semua pihak. "Dan pemberian layanan pendidikan harus didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan inklusif salah satu alternatif terbaik dalam membantu tergalinya kreativitas anak," pungkasnya. (*)