Selain bekerjasama dengan YLAI, dukungan pemerintah juga sangat besar. Itu terbukti dari beberapa pertemuan dengan Kemdikbud (Staff khusus Mendikbud, BSNP, Puskurbuk dan Konsultan Kemdikbud) telah dilakukan. Hasilnya, buku bacaan berjenjang telah disetujui Kemdikbud dan Kemenag untuk dibagikan dan digunakan di sekolah. Dan program membaca berimbang didukung pelaksanaannya. Logo Kemdikbud dan Kemebag digunakan di sampul buku.
Adapun sasaran program ini adalah sekolah dan LPTK Mitra. Paket buku berjenjang akan dibagikan ke semua sekolah mitra (daerah kohor 1,2,3 & sekolah labs LPTK) plus dua paket per LPTK mitra yang berisi 75 judul buku dikali delapan eksemplar, delapan eksemplar big book, dan enam buku panduan guru dan buku siswa.
USAID akan mencetak 12.000 paket buku berjenjang. Buku ini akan dibagikan ke sekokah non mitra di 50 daerah USAID PRIORITAS dan 40 daerah DBE. Guru dan kepala sekolah akan dilatih dalam penggunaan buku ini selama dua hari di gugus (KKG, pelaksanaan program berbasis gugus). Pembiayaan kegiatan dilakukan dengan sistem sharing dana. Buku dibagikan ke sekolah di akhir pelatihan. "Pendampingan dilakukan pasca pelatihan selama dua hari. Pemilihan sekolah non mitra akan dilakukan bersama Dinas Pendidikan dan Kemenag," pungkas Halim.
Akademisi Unimed Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd mengatakan setiap siswa memiliki kemampuan dasar membaca yang berbeda. Tidak bisa setiap anak diajarkan membaca dengan cara dan bahan yang sama. Kalau pengetahuan awal anak tidak ada, maka pengetahuan yang disampaikan tidak ada yang dipahami anak. “Jadi dengan adanya buku berjenjang, maka bahan bacaan disesuikan dengan kemampuan awal anak,” terangnya di Medan, Kamis (13/8) .
Mutsyuhito Solin mengatakan membaca merupakan keterampilan yang penting dikuasai anak. Keterampilan membaca sangat menentukan hasil membaca. Itu dikarenakan kemampuan membaca merupakan alat untuk memahami aneka pelajaran. Dengan membaca anak bisa memahami agama, bahasa, matematika, sosial dan IPA.
“Kalau anak-anak sudah terbiasa membaca dengan buku berjenjang, maka anak-anak tidak akan frustasi lagi membaca. Selama ini anak-anak frutasi membaca, karena selama ini anak menganggap membaca itu sulit. Nah buku berjenjang ini akan lebih menarik bagi anak karena disesuaikan dengan minat anak. Dampak buku berjenjang ini bisa membentuk sikap mandiri anak untuk membaca,” tukasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H