Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menyuruput Kopi

22 Mei 2015   17:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:43 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SATU adegan paling menarik dari filem Filosofi Kopi adalah ketika Ben (diperankan Ciko Jeriko) kecil ditampar sang ayah. Dan biji-biji kopi (dari dalam goni) ditumpahkan lalu dibakar di depan mata bocah itu. Ada rahasia tersembunyi kenapa sang ayah membakar kopi sekaligus mengancam Ben untuk tidak pernah sekalipun menyentuh kopi lagi. Bahkan miniatur penggiling kopi, mainan kesayangan Ben itu direampas sang ayah. Ben terpukul.

Ada kisah tersembunyi yang menurutku kurang digarap mendalam di sini. Meski secara keseluruhan, filem ini sangat bagus. Sayangnya, ketika berkesempatan mewawancarai Sutradaranya, Angga Dwimas Sasongko di Jakarta, jawabannya tidak seperti yang kuharapkan. Waktu kutanya soal kisah para peladang kopi yang digusur oleh pengusaha sawit, Angga menjawab, hal itu sama sekali tidak ada. Padahal, pertarungan natara petani dengan pengusaha sawit begitu kentara di negeri ini.

Namun bertolak belakang ketika ia mengatakan, sebelum penggarapan filem itu, ia bersama tim melakukan riset setahun penuh. Ia pergi ke ladang-ladang kopi petani di mana-mana, menginterviu para petani kopi dan mengumpulkan banyak cerita dari sana. Dari ladang kopi, ia dan tim juga, katanya, menyambangi warung-warung kopi mulai dari yang kelas kedai hingga resto dan yang berkelas dunia.

Namun, ia sekali lagi, tak menemukan kisah penggusuran peladang kopi oleh pihak pengusaha sawit. Mungkin, adegan ini butuh digarap lebih dalam. Angga sendiri, lewat filem ini, hanya bertendensi ingin mengenalkan kopi Indonesia ke mata dunia. Karena bagi dia, kopi satu produk paling membumi di tanah air, sayang filem tentang ini masih sulit ditemukan, dan mungkin tidak ada. Dan kenapa ia memilih jalur filem? Jawabnya karena filem adalah medium terbaik menyalurkan gagasannya. "Medium audio visual sangat disenangi banyak orang," katanya.

Angga berpandangan filem seputar kopi, yang idenya sederhana, jarang sekali dilirik sutradara filem di Tanah Air. Padahal, cerita kopi dari ladang hingga usaha meraciknya serta mengemasnya lalu menjualnya sesuatu yang punya estetika sendiri. Filosofi kopi, pada intinya, kata dia, filem yang ingin menonjolkan budaya berladang kopi dan kebiasaan minum kopi yang digandrungi banyak penduduk Indonesia. Beda ladang, beda kopinya, beda daerah beda pula cara merawat kopinya. "Di Papua ada kopi. Di Sumateraada juga Kopi, di Jawa juga ada kopi. Hampir semua daerah di tanah air kita ada kopinya. Ada kopi, ada cerita," ujarnya.

[caption id="attachment_384946" align="aligncenter" width="640" caption="Angga, Rio, dan Dino di Bioskop 21 Epicentrum Jakarta, Jln H Rasuna Said. Foto oleh Nurasiah Jamil."]

14322902572083554956
14322902572083554956
[/caption]

Tentang ide perkopian itu, rupanya dilirik Dino Patti Jalal. Mantan Menlu Indonesia ini bahkan menggelar nonton bareng filem tersebut di Bioskop Epicentrum XXI, Jalan H.R Rasuna Said, Epicentrum Walk, Jakarta, Sabtu 9 Mei 2015 silam. Ia mengundang sejumlah konsulat dari negara lain yang berkantor di Jakarta. Kata Dino, filem ini kuat sekali dalam hal ide. "Kita mau tunjukkan ke konsulat-konsulat itu betapa kopi kita luar biasa. Kita juga punya sineas-sineas muda yang jago menggarap filem. Kalau ada filem yang bagus, juga bakal kita promosikan," katanya saat dicegat di luar bioskop, usai nonton bareng.

Filem filofopi kopi, akhirnya memotivasiku untuk menyeduh secangkir kopi di kamar hotel. Memang bukan Tiwus atapun Perfecto, kopi nikmat racikan Ben. Ini hanya kopi biasa yang tersedia di kamar hotel yang diseduh dengan air mineral yang dipanaskan sebentar. Rasanya pahit, karena kurang gula. Tetapi cukup asyik karena minumnya bareng seorang Sahabat bernama Febroni Purba.

Cheers!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun