Perlahan tapi pasti, calon presiden RI 2014 mengerucut pada beberapa nama saja. Sebutlah Jokowi dari PDIP, Aburizal Bakrie dari Golkar, dan Prabowo dari Gerindra. Ada satu nama yang juga berpotensi diusung jadi capres. Yakni Dahlan Iskan dari Demokrat. Jadi, bisa dipastikan. Kelak presiden RI 2014 adalah satu diantara mereka berempat.
Dari empat capres ini, hanya tiga yang boleh dikata beruntung.Saya sebut beruntung itu karena ketiga calon, yakni Jokowi, Ical dan Prabowo telah dicalonkan oleh partainya masing-masing sebelum Pileg. Pencalonan itu tentu membawa efek.
Pertama, efek itu dapat terlihat pada elektabilitas partai. Para pemilih yang tertarik pada calon presidennya dimungkinkan akan memilih partai pengusungnya. Para pemilih tidak ragu menjatuhkan pilihannya kepada partai yang mengusung capres tersebut.
Demikian pula dengan relawan, donatur, dan sejumlah elemen pendukung yang menjadi kekuatan sang capres. Mereka tentu sudah punya kepastian. Sehingga tidak ragu lagi berjuang habis-habisan mendukung partai dan sang capres.
Kedua, popularitas dan elektabilitas calon presidennya itu sendiri. Pencalonan sebelum Pileg otomatis memberikan keuntungan bagi sang capres. Kampanye caleg atau partai, baik kampanye terbuka, juga kampanye melalui media massa akan melekat dengan tokoh yang diusung menjadi capres. Ini tentu dapat mendongkrak popularitas, bahkan elektabilitas sang capres.
Berbeda dengan ketiga capres tadi, Dahlan Iskan masih berhadapan dengan ketidakpastian. Demokrat hingga kini masih belum menuntaskan gelaran konvensi. Di Pileg, kampanye Demokrat masih mengandalkan ketokohan SBY. Tidak ada satu peserta konvensi pun yang dilekatkan menjadi tokoh pendamping SBY dalam kampanye Pileg. Pada kampanye Pileg lalu, boleh dibilang, bila partai lain mengusung tokoh yang akan memimpin, Demokrat masih mengandalkan tokoh yang akan demisioner.
Tidak semua pendukung Dahlan mau memilih Demokrat. Alasannya sederhana. Ketidakpastian. Iya kalau Dahlan Iskan dicapreskan Demokrat. Kalau tidak, bagaimana? Ini lah yang membuat para pendukung Dahlan Iskan pada gelaran Pileg lalu ada yang ragu untuk memilih Demokrat. Ini pula yang membuat sejumlah elemen kekuatan pendukung Dahlan Iskan masih menahan diri. Tidak memporsir amunisi habis-habisan. Tidak berjuang memenangkan Demokrat sampai bedarah-darah.
Oleh karena itu, pada kondisi ini Dahlan Iskan boleh dibilang capres yang kurang beruntung. Kalah start. Disaat tokoh lain sudah berlari. Bermanuver kesana-kemari. Wara-wiri kampanye di televisi. Dahlan Iskan masih belum bisa kemana-mana. Disaat capres lain sudah memperoleh kepastian, kemudian menjadi simbol partai. Dahlan Iskan masih harus menunggu hasil pemenang konvensi.
Kondisi ini tentu saja membuat posisi Dahlan Iskan tidak seimbang dengan capres lain. Maka tak usah heran jika popularitas dan elektabilitas Dahlan Iskan sering ketinggalan dibanding capres lainnya. Bagaimana tidak ketinggalan, kalau capres lain sudah mengerahkan seluruh amunisi. Sementara seluruh elemen Dahlan Iskan masih belum bisa menunjukkan kekuatannya. Masih menahan diri.
Maka ketika tersiar kabar bahwa Demokrat akan menentukan posisi koalisi (mengusung capres atau cawapres) atau oposisi berdasarkan hasil survei, menurut saya itu masih kurang relevan. Popularitas dan elektabilitas Dahlan Iskan masih belum didongkrak. Posisinya tidak setara dengan capres lain.
Lain ceritanya bila Demokrat telah resmi mengusung Dahlan Iskan. Kemudian seluruh elemen kekuatan bersatu. Seluruh amunisi dikerahkan. Posisi capres seimbang. Maka keputusan menentukan posisi koalisi (mengusung capres atau cawapres) atau oposisi berdasarkan survei baru lah bisa dikatakan relevan.
Sampai saat ini saya masih berkeyakinan. Bila Dahlan Iskan menang konvensi. Kemudian dicapreskan oleh Demokrat bersama partai koalisi. Dahlan Iskan akan memenangkan Pilpres 2014. Meski tidak satu putaran.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H