Partai Demokrat tak perlu berkecil hati. Meski jatuh, suara 10 % dari rakyat masih bisa diandalkan. Terlebih sebaran suara partai-partai lain lebih merata. Suara dari posisi ketiga, Gerindra juga tidak terlampau selisih jauh. Itu sebenarnya pertanda. Urutan ketiga atau keempat tidak jauh berbeda. Peluang keduanya mengajukan calon presiden bakal terbuka lebar.
Idealnya, pada Pilpres nanti Demokrat mengajukan calon presiden. Tidak hanya berhenti sampai cawapres. Sebagai partai penguasa, tentu Demokrat tidak bakal berdiam diri. SBY yang jago strategi dipastikan tidak akan membiarkan partai lain memenangkan Pilpres nanti dengan mudah. Ada caranya. Dan saya yakin SBY dan fungsionaris Demokrat mampu mengeksekusinya.
Langkah SBY untuk melanjutkan konvensi capres Demokrat sudah sangat tepat. Memang inilah momentumnya. Untuk memberikan pilihan kepada masyarakat. Siapa kelak yang akan melanjutkan kepemimpinannya.
Melalui konvensi, paling tidak Demokrat dapat meraih dua tujuan. Pertama, meyakinkan partai calon koalisi bahwa pemenang konvensi merupakan calon presiden yang telah teruji. Selama proses konvensi, para peserta telah melakukan sosialisasi, berdebat soal visi-misi, serta diuji tingkat keterpilihannya di masyarakat. Maka, pemenang konvensi, yang kemudian ditetapkan oleh Majelis Tinggi Partai Demokrat merupakan calon presiden yang layak dipilih, juga potensial memenangkan Pilpres mendatang.
Kedua, meyakinkan calon pemilih, bahwa hasil pemenang konvensi, yang dimungkinkan menjadi calon presiden adalah sosok yang telah siap memimpin negara. Seluruh peserta konvensi telah memiliki visi-misi. Para pemilih dapat memperoleh gambaran jelas. Apa saja yang akan dilakukan capres hasil pemenang konvensi ini bila kelak terpilih menjadi presiden. Para pemilih sudah benar-benar tahu arah kebijakan lima tahun kedepan.
Bila kedua tujuan itu tercapai, maka Demokrat telah menciptakan sejarah. Setidaknya bagi implementasi demokrasi di Indonesia. Sebelumnya, tidak pernah ada partai yang memiliki mekanisme pemilihan calon presiden seperti konvensi Demokrat. Golkar dulu memang pernah menyelenggarakan konvensi. Tetapi penentuan pemenang hanya diberikan kepada fungsionaris partai. Bukan seperti Demokrat yang menentukan calon presiden juga dengan melibatkan masyarakat melalui mekanisme survei.
Memang, sejauh penyelenggaraan konvensi Demokrat masih terdapat banyak kekurangan di sana-sini. Misalnya, terutama soal kurang tersiarnya gelaran ini ke publik. Bila sebelum Pileg lalu gelaran konvensi tidak disiarkan masih bisa dimaklumi. Tetapi setelah Pileg, gelaran konvensi wajib disiarkan ke khalayak ramai. Agar tujuan-tujuan penyelenggaraan konvensi bisa tercapai.
Minggu ini, debat final kandidat capres Demokrat akan digelar. Agar bisa diketahui khalayak ramai, ada baiknya Demokrat menyiarkan gelaran ini di televisi nasional. Tentu tidak perlu secara keseluruhan prosesi. Cukup pada bagian-bagian penting dalam acara debat konvensi itu saja.
Ayo lah Demokrat. Perjuangan belum berakhir bukan? Ini lah momentumnya. Sebarkan virus-virus positif. Untuk mengembalikan kepercayaan rakyat.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H