Berita tentang pembakaran dan penghinaan terhadap Al-quran merupakan cerita lama yang masih saja terulang sampai detik ini, mereka yang melakukan tersebut mengatakan bahwa ini merupakan "kebebasan berekprsi", yang merupakan slogan yang diperdengarkan oleh para pelaku yang berdomisili di benua biru eropa tiada henti.
Setelah beberapa bulan, baru-baru ini terjadi lagi peristiwa ini, dan kembali yang menjadi dalangnya yaitu Salwan Momika yang melakukan aksi pembakaran Al-quran pada Jumat (18/8) di depan kedubes Iran di Stockholm, Swedia.
Bagi ummat muslim, hati siapa yang tidak tergores melihat kejadian ini terjadi lagi, bagi seorang mukmin, hati siapa yang tidak terluka mendengar kabar memilukan ini terulang kembali, kitab suci yang merupakan kalam Ilahi yang menjadi pedoman kehidupan kita kini dan nanti, yang menjadi pelipur lara dikala hati mulai bersedih teringat akan janji-janji indah dari Sang Ilahi.
Dan ironisnya, polisi setempat menangkap seorang Muslimah  yang berusaha memadamkan  api yang membakar Al-Quran tersebut menggunakan alat pemadam api ringan yang diistilahkan dengan (APAR), aneh bukan?! Mungkin inilah hukum yang ada pada mereka, inilah yang namanya "kebebasan berekspresi", yang tidak mempermasalahkan ketika kitab suci suatu agama di bakar, dan hal ini terjadi berulang kali dan tak merasa bersalah atas perbuatannya sendiri.
mungkin hati mereka terkunci oleh rasa benci akan indahnya agama Islam yang murni, mungkin hati mereka terkunci sehingga sulitnya menerima kebenaran dari agama islam yang suci. Terakhir, kami berharap hati mereka terbuka kembali agar bisa menerima akan indahnya islam dan segala kebenaran yang datang dari Allah SWT dan Rasulullah SAW, supaya hidayah menghampiri lubuk hati, yang telah lama tersembunyi, dan sambutlah cahaya hidayah yang Allah terangi, mengalahkan kegelapan didalam diri.
Dedy Rizaldi-Aneuk Galong, Aceh Besar
Selasa/22/08/23
