Ini catatan tentang perjuangan, ini kisah tentang kecintaan dan pertanggung jawaban, kegigihan melawan musuh-musuh Allah, mereka yang ingin menguasai, mereka yang ingin menjajah dan melukai umat islam di Nusantara. Iya, ini adalah catatan heroik pahlawan Nusantara  berasal dari Aceh yang bernama Teuku Umar, beliau lahir tahun 1854 di Meulaboh, Aceh Barat.
Teuku Umar memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi persoalan, cerdas dan tegas dalam kepemimpinan, walaupun tidak mengenyam pendidikan formal di sekolah-sekolah. Sepak terjang perjuangan Teuku Umar melawan kaphee (kafir) Belanda sudah dimulai jauh-jauh hari yaitu saat usia baru 19 tahun, dan beberapa sumber menyebutkan beliau sudah memanggul senjata sejak dimulainya agresi kaphee Belanda pertama di bumi Tanoh Rencog (Aceh) pada 1873. Maasya Allah! Ini namanya kegigihan, berbalut keberanian, dan berhiaskan sifat pantang menyerah didalam jiwa pemuda Aceh Barat itu.
Teuku Umar adalah seorang ahli strategi perang, salah satunya yaitu saat beliau berjuang berjihad melawan kaphee Belanda untuk mempertahankan Aceh, beliau menggunakan taktik berpura-pura bekerjasama dengan kaphee Belanda, melihat kondisi dan situasi lawan dari dalam, sehingga saat diberikan kepercayaan penuh untuk memimpin pasukan dengan fasilitas senjata, dan ketika senjata telah berhasil dikumpulkan Teuku Umar langsung kembali ke Shaff para pejuang-pejuang Aceh waktu itu.
Malam itu, ketika Teuku Umar bersiap untuk melanjutkan tugasnya untuk turun ke medan perang menghadapi Kaphee Belanda, beliau sempat ngobrol dengan beberapa pejuang jihad dan orang-orang yang hadir disana, dan salah satu ucapan beliau yang sangat terkesan waktu itu yaitu beliau berkata: "Beungoh singoh geutanyoe ta jep kuphi di keude Meulaboh, atawa ulon akan syahid dijalan Allah" Â yang artinya: "Besok kita akan minum kopi di Kota Meulaboh, atau aku akan syahid di jalan Allah".
Inilah dua pilihan yang diutarakan oleh Mujahid Aceh Barat itu; Ngopi atau Syahid, dan Allah Azza Wa Jalla memilihkan gugur mulia dijalan-Nya untuk Teuku Umar  pada tahun 1899, 2 kilometer dari pusat Kota Meulaboh (waktu itu), beliau wafat setelah terkena tembakan-tembakan dari brigade marsose kaphee Belanda yang sudah lama mengintai beliau, gugur sebagai Mujahid yang patut dikenang sepak terjangnya dalam membela agama dan negara.
-Dedy Rizaldi, 18 Agustus 2023, Montasik-Aceh Besar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H