STIBA Ar-RAayah Sukabumi-Jum'at itu, ketika cahaya bulan begitu terangnya, dan suara ayam berkokok mulai menyapa, mobil yang kami tunggu itu tak kunjung datang. Muazin pun hampir beranjak dari tempat sujudnya untuk melantunkan azan. Apa gerangan mata ini yang mulai layu, telah lama menatap dan menunggu sejak jam dua malam. Udara yang begitu sejuk, berbalut dengan jaket hitam Ar-Raayah..suasana yang begitu was-was dalam menunggu kedatangan mobil itu.
Alhamdulillah dua mobil telah hadir dihadapan kami, tinggal menunggu satu mobil lagi untuk menuntaskan misi rihlah ini menuju kota hujan, yaitu julukan yang diberikan kepada kota Bogor.
Azan pun berkumandang, kami dan rombongan pun memutuskan untuk shalat berjamaah di masjid Ar-Raayah guna menenangkan hati kami terlebih dahulu menghilangkan rasa resah yang berlebihan dalam jiwa ini, yang mulanya sih ingin berjamaah di masjid At-Taawun Bogor," mungkin ini kehendak Allah", bisik hati.
Assalamualaikum warahmatullah... imam berucap diakhir salamnya, dan kami pun beranjak menuju ke fina' khalfi (teras belakang mesjid) menunggu kepastian keberangkatan. Dan beberapa saat kemudian...terbersit kabar bahwasanya sebagian dari kami harus menaiki sayyarah syaithaniyyah ( mobil setan/L 300) yaitu nama yang dinisbatkan oleh mahasiswa Ar-Raayah kepada mobil ini, kenapa demikian? Mungkin dikarenakan sopirnya yang begitu berani dalam mengemudi bak menempuh perjalanan disirkuit sentul aja, menyalip kiri dan kanan kendaraan-kendaraan yang berada didepannya.
Bismillah, kami pun berangkat menempuh jalur Sukabumi-Bogor dengan hati yang riang bahagia, tapi kebahagiaan itu agak memudar dipertengahan perjalanan, kenapa? Banyak diantara ikhwah yang mabuk dalam perjalanan, biasa...karena faktor sopirnya mungkin ataupun karena bau mobil yang kurang sedap kayaknya yaa.
Alhamdulillah, setelah tiba di kota hujan, kami pun menuju ke Bromelia mini soccer, puncak cisarua yaitu titik pertama yang kami kunjungi, ya biasa... "untuk cari keringat katanya". Di sisi yang lain, kami pun sangat bahagia dengan didampingi oleh Ustadz Fahmi Ridha beliau selaku adalah musyrif Halaqah Shabahiyyah (majlis quran) yang selalu membersamai kami.
Kemudian, titik selanjutnya yang kami susuri yaitu curug (air terjun) tak jauh dari tempat tadi, kami Cuma membutuhkan setengah jam untuk menuju ke Curug tersebut, namanya Curug Cibulao, curug terhulu dipenggungan gunung Paseban, dalam aliran sungai Cirangrang, curug hulu sungai Cirangrang merupakan sumber air bagi warga yang tinggal disekitar aliran hulu sungai dan kampung paseban untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pertanian. namun obyek wisata air ini tidak termasuk dalam kawasan pariwisata curug panjang, hal ini dikarenakan letak geografisnya yang terpisahkan oleh beberapa bukit dan lembahan.
Allahu Akbar, jalur yang kami tempuh untuk menuju curug tersebut membutuhkan tenaga yang ekstra, karena jalanya yang begitu terjal dan mengerikan bagi yang pertama kali mengunjunginya. Dan sesampai disana...inilah kekuaasaan Allah SWT, ternyata masih ada tempat terpencil seperti disini yang dianugrahi pemandangan alam yang menenangkan jiwa serta menyejukkan hati.
Awan mulai menghitam, langit pun memancarkan air hujan yang begitu derasnya menyirami pemukiman sekitar, tak salah memang dijuluki kota hujan. Kemudian kami pun mulai beranjak pergi meninggalkan Curug Cibulao menuju kota Bogor, disela perjalanan kami disambut oleh suara azan yang bergema dan kami pun memenuhi panggilannya dengan shalat berjamaah di Masjid Alumni IPB, Bogor.