Pendahuluan
Setiap hari kita memiliki banyak perbuatan atau kebiasaan, baik itu perbuatan yang dilakukansecara sadar maupun perbuatan yang dilakukan secara spontan atau tidak disadari. Setiap perbuatan yang kita lakukan selalu berhubungan dengan pilihan dasar hidup kita. Apakah kita lebih memilih untuk rajin berdoa atau hanya seperlunya saja, atau apakah kita lebih memilih hidup disiplin dengan mengikuti segala aturan yang ada dalam komunitas atau tempat kita dibina atau sekali-kali kita bertoleransi terhadap pelanggaran-pelanggaran aturan yang kita lakukan.
Pengertian Pilihan Dasar
Pilihan dasarsering digunakan untuk menunjukkan pilihan akan arah dan tujuan hidup seseorang. Akan menjadi seperti apa seseorang ke depannya dapat dimengerti sebagai pilihan dasar, karena lewat pilihan dasarnya, manusia dapat memberi arah pada hidupnya dan untuk maju menuju tujuannya yaitu mengikuti panggilan Allah dengan bantuan rahmat.
Pilihan dasar dipengaruhi oleh tindakan sehari-hari. Bisa jadi tindakan itu memperteguh, mengembangkan atau mengawetkan pilihan dasar yang sudah dipilih atau malah sebaliknya, tindakan itu memperlemah atau bahkan mematikan pilihan dasar tersebut. Tindakan-tindakan itu disebut dengan pilihan partikular, yaitu pilihan-pilihan parsial yang sering dilakukan setiap harinya yang merupakan perwujudan dari pilihan dasar itu sendiri. Yang perlu diketahui ialah bahwa tidak semua peristiwa-peristiwa yang dipilih merupakan pilihan-pilihan yang tepat atau manusiawi. Oleh karena itu sangat penting bahwa sebuah keputusan diambil dengan pengetahuan dasar dan kebebasan yang real mengikuti kesetiaan pada komitmen dan hal itu dapat memperteguh pilihan dasar.
Pilihan untuk Mencintai Tuhan atau Mencintai Sesama
Teori pilihan dasar berakar pada ajaran Agustinus dari Hippo dan khususnya dalam ajaran Thomas Aquinas tentang tujuan akhir hidup manusia. Thomas mengatakan bahwa hanya ada dua pilihan dasar di hadapan manusia, yaitu mencintai Tuhan atau mencintai diri sendiri atau mendewakan ciptaan lain (idolatria). Manusia dapat memilih satu dari keduapilihan tersebut:mencintai Tuhan atau diri sendiri.
Menurut pandangan Thomas ini, pilihan dasar yang tertuju pada Tuhan haruslah ditempatkan pada awal hidup moral seseorang karena pilihan ini mempengaruhi evolusi perkembangan kepribadian manusia dan memungkinkan perwujudan kebebasan pribadi yang lebih lengkap. Jika pilihan ini kuat dalam pribadi seseorang maka dia akan menjadi pribadi yang baik, benar dan matang, dan jika sebaliknya, akan menjadi pribadi yang jahat. Oleh karena itu pilihan mencintai Tuhan perlu didukung oleh tindakan-tindakan manusiawi yang akan memperkuat pilihan tersebut yaitu dengan melakukan suatu perbuatan yang dapat mendekatkan diri pada Allah, seperti berdoa, rajin membaca Kitab Suci dan melakukan semua kehendak-Nya. Ketika Allah diterima dengan bebas oleh manusia, maka manusia itu akan bertumbuh secara integral.
Pembentukan Pilihan Dasar
Pilihan dasar bukanlah suatu realitas yang berlaku sekali untuk selamanya. Pilihan ini senantiasa dapat berubah setiap waktu sesuai dengan pribadi manusia yang sedang menemukan jati diri, yang sedang mewujudkan dirinya yang sesungguhnya. Pilihan dasar mulai terbentuk sejak masa kanak-kanak, dan terjadi melalui proses yang lamban, panjang, dan implisit. Pembentukan pilihan ini juga sering dipengaruhi oleh perbuatan-perbuatan yang barangkali kurang disadari untuk dilakukan (implisit). Walaupun prosesnya terbilang lamban, namun ketika perbuatan itu sering dilakukan jelas akan membentuk pilihan dasar secara definitif. Misalnya, seorang anak yang suka berbohong, maka ke depannya jika sudah besar, perbuatan membohongi orang lain bisa menjadi perbuatan yang wajar bagi dirinya, dan akhirnya pilihan dasarnya ialah menjadi seorang pembohong guna memperoleh apa yang diinginkan.
Penutup
Pilihan dasar bisa dibilang sebagai panggilan manusia untuk melayani Tuhan, yang dipilih berkat kebebasan pribadi manusia itu sendiri. Pilihan dasar itu sering diwujudkan dalam pilihan partikular yaitu kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Pilihan partikular selalu memiliki pengaruh pada pembentukan pilihan dasar.
Namun masalah yang sering terjadi ialah banyak manusia sering lupa pada pilihan dasarnya (bisa dibilang demikian) sehingga pilihan partikular tidak lagi terlihat sebagai perwujudan dari pilihan dasar yang dipilih. Akhirnya pilihan dasar yang dipilih tidak bisa diwujudkan atau bahkan mati. Bisa juga pilihan dasar tersebut berubah menjadi pilihan dasar yang lain. Dalam hal ini bukan pilihan dasar yang salah, melainkan pilihan partikularlah yang sering keliru. Banyak dari kita yang dalam kehidupan sehari-hari terlena dalam perbuatan yang sama sekali tidak mendukung pilihan dasar yang kita pilih.
Di sisi lain, barangkali bisa dimengerti bahwa terkadang pilihan dasar itu juga dipilihkan bagi orang lain. Artinya pilihan dasar itu bukan berasal dari keputusan pribadinya.Hal ini akan membuat pilihan partikular tidak lagi sesuai dengan pilihan dasarnya karena akan selalu muncul pemberontakan dalam pribadinya sendiri. Misalnya pilihan dasarnya ialah menjadi seorang imam yang baik, namun bukan karena pilihan bebasnya melainkan paksaan dari luar pribadi yang memilih, seperti orang tuanya atau juga sanak keluarganya yang lain. Pada kasus ini pilihan partikularnya tidak akan menunjukkan pilihan dasar tersebut atau tidak mendukung pilihan dasar tersebut karena memang bertentangan dengan pilihan dasar yang sebenarnya yaitu pilihan yang sesuai dengan keinginan sipemilih pilihan dasar.
Pillihan dasar dipilih secara bebas dari pribadi yang akan menjalani kehidupannya. Kebebasan akan membawa pribadi tersebut untuk bertanggung jawab pada pilihan dasar yang dipilih dan hal itu terlihat dalam pilihan partikular yang dipilih setiap harinya. Saat bebas, muncul rasa tanggungjawab dan akhirnya semua yang dilakukan sebagai pilihan partikular selalu disadari sebagai pemenuhan dari pilihan dasar yang dipilih demi hidup yang lebih baik.
Paus Yohanes Paulus II. Veritatis Spelndor (Cahaya Kebenaran), Dokpen, (KWI: Jakarta, 1994), hlm. 130.
Bernard Haring, Free and Faithful in Christ: Moral Theology for Priest and Laity, Volume I, General Moral Thelogy, (England: St. Paul Publications, 1978), hlm. 189.
Bernard Hearing. Free and Faithful..., hlm. 195.
William Chang, Pengantar Teologi Moral, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 76.
Daftar Pustaka
Chang, William. Pengantar Teologi Moral. Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Haring, Bernard. Free and Faithful in Christ: Moral Theology for Priest and Laity, Volume I, General Moral Thelogy. England: St. Paul Publications, 1978.
Paulus-II, Paus Yohanes. Veritatis Splendor (Cahaya Kebenaran). Dokpen. KWI: Jakarta, 1994.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H