Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jatuh Bangun Mencintai Allah

1 Mei 2024   01:00 Diperbarui: 1 Mei 2024   01:06 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suatu malam, sebelum tidur, saya tertarik untuk merenungkan isi Sabda Tuhan yang ditulis dalam Injil menurut Yohanes 14:21. Bunyinya demikian: "Barang siapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku".

Hal yang terbersit di pikiranku saat itu ialah bahwa wujud kasih pada Allah tidak lain ialah dengan menuruti perintah-Nya. Sungguh suatu rumusan yang sangat sederhana untuk bisa mengetahui sikap yang benar di hadapan Allah.

Meski demikian, praktek dari rumusan tersebut tidaklah sesederhana mengucapkan dan memahaminya. Tantangannya ialah keinginan manusia atau dorongan hati dan pikiran manusia yang terkadang berjuang membela diri untuk tidak perlu taat pada hal yang telah dirumuskan tersebut.

Kita ambil contoh tentang kejujuran. Jujur itu adalah baik. Namun sesekali tidak jujur itu tidaklah buruk atau tidak masalah. Padahal perintah Tuhan berbunyi demikian: "Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat" (Matius 5:37).

Itulah mungkin gambaran realita rohani manusia di dunia. Adakalanya teguh dan tegak lurus dengan Tuhan, namun tidak jarang pula mau berkompromi dengan kesalahan pribadi yang ada.

Lantas, apakah kita diam saja atau berpasrah saja dengan situasi  yang demikian?

Tentunya tidak. Prinsip jatuh-bangun harus selalu menjadi semangat hidup kita. Saat jatuh, dalam artian bersalah, jangan diam saja atau menerima keadaannya begitu saja. Mari bangun dan mengubahnya dengan menjadikan pengalaman itu sebagai pembelajaran untuk tidak melakukannya lagi. Dan jika ternyata kita jatuh lagi, maka kita pun harus bangkit lagi pula.

Pertanyaannya, sampai kapan keadaan yang begini dipertahankan?

Jawabannya ialah sampai kita sadar kalau ternyata mengikuti Tuhan itu bukanlah perkara yang mudah dan karena tidak mudah, maka harus selalu diperjuangkan dengan memberi pengorbanan diri. Hingga pada akhirnya kita ketahui bahwa perjuangan untuk hidup baik dan benar di hadapan Tuhan adalah bukti kalau sesungguhnya kita mau mencintai Tuhan dalam segala hal kehidupan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun