"Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: 'Apa yang kamu lihat di situ - Â akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan'" (Luk 21:5-6)
Kisah Injil dalam Injil Lukas 21:5-11 mengisahkan tentang nubuat kehancuran Bait Allah dan kota Yerusalem. Dalam sejarah, nubuat itu memang terjadi. Pada tahun 70 sesudah masehi bangunan suci itu dihancurkan oleh kerajaan Romawi dan menyisakan sebuah tembok yang saat ini dikenal sebagai tembok ratapan. Di tembok itulah orang-orang Yahudi seringkali mengadakan ibadat dengan memegang temboknya sambil meratapinya. Itulah tembok ratapan, yang kini menjadi suatu tempat ziarah yang terkenal di Yerusalem dan banyak peziarah datang ke sana.
Nubuat Yesus tentang kehancuran Bait Allah dan kota Yerusalem tersebut memberi pengertian kepada kita bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Meski semegah apa pun suatu bangunan berdiri atau semelimpah apa pun harta yang dimiliki seseorang di dunia ini, semuanya akan hancur. Tidak terkecuali dengan tubuh kita sendiri yang hari ini masih bisa berdiri tegak namun suatu saat akan terbaring kaku dan membusuk di tanah. Hal itu hendak menunjukkan bahwa segala peristiwa yang ada di dunia ini sifatnya sementara. Akan tiba saatnya semuanya akan binasa dan hancur.
Namun nubuat ini juga memberi pesan kepada kita tentang sikap yang perlu dibangun selama hidup di dunia ini. Hendaknya kita bersikap bijaksana terhadap segala sesuatu yang ada di dunia ini. Jangan terbuai dengan kemewahan harta. Jangan pula menaruh sikap kagum yang berlebihan terhadap hal-hal materi di dunia ini. Ingatlah semuanya akan binasa. Saat kita mati, semuanya akan kita tinggalkan di dunia ini dan saat waktunya tiba yaitu akhir zaman semuanya akan binasa. Semuanya akan berakhir.
Satu hal yang perlu senantiasa kita bangun dan pupuk di dunia ini ialah hal-hal yang menjamin kebahagiaan kita akan hidup di kemudian hari, yaitu perbuatan baik dan sikap saling mengasihi satu sama lain. Hidup di kemudian hari itu sifatnya kekal dan abadi. Setelah masa hidup kita di dunia ini berakhir kita akan memasuki masa hidup yang takkan binasa dan di sanalah kita akan diganjari sesuai dengan perbuatan dan sikap hidup kita di dunia ini.
Oleh karena itu, Injil Lukas 21:5-11 ini hendak mengajak kita untuk tidak membangun fokus dan sikap yang berlebihan pada hal-hal duniawi yang sifatnya sementara tetapi berfokus pada hal-hal surgawi yang sifatnya abadi. Tidak ada yang abadi di dunia ini, namun sesudah hidup kita di dunia ini berakhir kita akan memasuki suatu keabadian hidup. Ke sanalah hendaknya fokus hidup kita selama berada di dunia ini agar kelak mendapat tempat yang bahagia bersama Allah di surga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H