Saya melaksanakan praktek kerasulan SEKAMI (Serikat Kepausan Anak Misioner) di salah satu gereja stasi yang berada di kota Gunungsitoli. Setiap kali kerasulan, saya selalu mengajak mereka (anak-anak SEKAMI) untuk terlibat dalam kegaiatan-kegiatan tertentu. Tujuannya ialah supaya mereka bisa belajar dan semakin berkembang. Misalnya belajar memimpin doa, mempimpin lagu dan membaca Injil.
Suatu hari, saat menjalankan kerasulan, saya memiliki pengalaman menarik dan yang memberi saya inspirasi. Saat itu, saya meminta kepada salah seorang dari anak SEKAMI untuk membaca Injil. Nama anak itu Rani.
"Adik-adik, sekarang kita minta teman kita Rani untuk membacakan Injil hari ini kepada kita", pinta ku kepada mereka semua.
Tiba-tiba mereka berkata: "Jangan,,,jangan Frater. Dia itu suka cari-cari perhatian alias Caper".
Saya segera memberikan tanda isyarat untuk tenang karena saya tahu bahwa perkataan mereka itu bisa membuat Rani menjadi malu.
Saya mengira kalau Rani akan marah atau malu saat mendengar perkataan dari teman-temannya tersebut. Namun nyatanya tidaklah demikian. Sebaliknya, ia tetap maju dan bersedia untuk membaca Injil. Ia tidak peduli dengan perkataan teman-temannya tersebut. Ia hanya tersenyum sambil membuka Injil untuk ia bacakan hari itu.
Lalu saya segera mempersilahkannya untuk membaca dan meminta kepada teman-temannya yang lain untuk mendengarkannya dengan baik.
Setelah ia selesai dengan tugasnya, ia mengembalikan Kitab Suci itu kepadaku dan pergi kembali menuju tempat duduknya. Lalu saya pun menjelaskan isi Injil yang ia bacakan kepada mereka semua.
Saya salut dengan kepribadian Rani. Sekalipun ia masih anak-anak yang usianya sekitar 9 tahun, namun sudah mampu mengatasi kata-kata penolakan dari temannya. Saya juga mendukung sikapnya yang demikian karena sekalipun ia benar memiliki pribadi yang caper, namun bukan berarti ia tidak layak mengambil bagian dalam kegiatan SEKAMI.
Peristiwa sederhana yang kualami bersama dengan anak SEKAMI tersebut sangat berkesan bagi saya. Saya belajar dari pribadi Rani. Entah dia itu benar-benar memiliki kepribadian yang suka cari perhatian atau tidak, namun yang jelas saya melihat bahwa apa yang ia tunjukkan saat itu patut diteladani. Dia mampu menghadapi sikap teman-temannya dengan sabar dan tidak menghalangi niatnya untuk melaksanakan apa yang saya mintakan kepadanya.