Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sapaan Pagi

24 Februari 2021   08:31 Diperbarui: 24 Februari 2021   08:43 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hai, selamat pagi". Itulah isi pesan yang kuterima pagi ini dalam aplikasi WhatsApp ku dari seorang teman yang memang selalu menyapa di setiap pagi ku. Segera kubalas dengan juga mengucapkan selamat pagi kepadanya sambil berterima kasih karena tidak pernah lupa memberi sapaan pagi kepadaku.

Pernah saya penasaran mengapa ia selalu memberi sapaan selamat pagi kepada ku di setiap pagiku. Ternyata, ia bukan saja hanya mengucapkannya kepadaku, namun kepada setiap orang yang berada di dalam daftar kontak WA-nya. Alasannya sangat sederhana. Ia berkata demikian, "Sapaan itu adalah baik. Dengan selalu memberi sapaan itu berarti kita selalu berbagi kebaikan. Karena pagi adalah awal hari, maka saya pun ingin mengawali hari-hari ku dengan suatu kebaikan, yaitu memberi sapaan pagi".

Lalu ia pun melanjutkan jawabannya. "Saya tidak pernah menganggap suatu masalah saat ada orang yang tidak membalas sapaan ku. Balasan itu bukanlah hak yang harus kutuntut saat kewajibanku dalam memberi sapaan telah kulakukan. Merasa bahagia karena telah menyapa, saya kira itulah yang menjadi bagian terpentingnya".

Sejak mendengar jawabannya itu saya pun selalu berlomba untuk lebih dahulu memberi sapaan kepadanya. Saya ingin menjadi orang yang lebih dahulu memberi kebaikan kepadanya. Namun ternyata, saya hampir selalu kalah. Itu wajar terjadi karena saya baru bangun di saat ia telah memberi sapaan pagi kepadaku.

Saya pernah merasa menang dengannya ketika saya terbangun pukul 04.00 WIB. Saat itu, segera kubuka WA-ku dan kuketikkan kata-kata ini kepadanya, "Hahahaa,,, akhirnya saya mendahului mu. Selamat pagi ya, selamat berakitfitas dan Tuhan memberkati. Amin". Namun selama hari itu saya tidak mendapat balasan apa-apa darinya. Dan ternyata, ia sedang bertugas di daerah yang tidak ada sinyal, yaitu suatu daerah pegunungan yang bahkan listrik pun tidak ada.

Saya baru menerima balasannya dua hari kemudian. Ia mengirim pesan suara yang bunyinya ialah tawa darinya. Lalu ia mengetik balasan demikian, "Selamat pagi juga dan selamat telah menang dalam kompetisi memberi sapaan". Lalu saya memberi striker dengan ekspresi malu tersipu-sipu.

Itulah cerita pengalamanku tentang seorang sahabatku yang tidak pernah lupa memberi sapaan. Dari dia saya mengerti arti sebuah sapaan, yaitu berbagi kebaikan. Kebaikan itu bentuknya demikian. Saat sebuah sapaan sampai kepada kita, ada suatu rasa positif yang terjadi di dalam diri kita, seperti merasa dicintai, merasa diperhatikan dan merasa disemangati. Rasa-rasa itu tidak tinggal hanya sebagai sebuah rasa belaka, namun juga memberi inspirasi untuk menjalani kehidupan setiap hari.

Selamat pagi untuk kita semua. Aku juga ingin mengawali hariku dengan suatu kebaikan, yaitu memberi sapaan pagi kepada kita semua. Semoga hari-hari kita menyenangkan dan segala apa saja yang kita upayakan mendapat bimbingan dari Tuhan. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun