Berawal dari akun Kompasiana Inspirasiana, saya tahu bahwa salah seorang kompasianer yang bernama Abdul Azis meninggal dunia pada tanggal 5 Februari 2021. Karena terkejut dan penasaran, maka saya pun membaca artikel yang berjudul "Tiga Warisan Literasi Almarhum Kompasianer Abdul Azis dari Kediri" itu.
Di bagian kolom komentar, sudah banyak para kompasianer lainnya yang memberikan ucapan turut berduka. Sebagai kompasianer, saya juga turut di dalamnya, menyampaikan harapan dan doa bagi Kompasianer Abdul Azis yang telah berpulang kepada Sang Pencipta.
Beberapa saat setelah itu, saya juga menemukan berbagai artikel yang berbicara tentang Abdul Azis. Misalnya, dari kompasianer Khrisna Pabichara yang membuat sebuah puisi dengan judul "Mencari Kematian Paling Nyaman". Dari puisi itu, Kompasianer Khrisna menyebut Abdul Azis sebagai adiknya.
Ada juga artikel tentang Abdul Azis yang dibuat oleh Kompasianer Tjiptadinata Effendi. Beliau menulis tentang kenangan terakhir Abdul Azis, yaitu sebuah artikel yang ditujukan kepada bapak Tjiptadinata sendiri.
Artikel lainnya datang dari Kompasianer Indra Rahadian. Beliau menulis artikel tentang almarhum Abdul Azis dengan judul "Buat Abdul Azis Le'Putra Marsyah".
Saya yakin bahwa masih ada berbagai artikel lainnya yang ditulis untuk mengenang bapak Abdul Azis yang telah dipanggil Tuhan. Saya merasa bahwa artikel-artikel itu menjadi tanda kalau mereka turut berdoa bagi keselamatan jiwa dari bapak Abdul Azis.
Ketika artikel-artikel itu dibuat, ada banyak juga para kompasianer lainnya yang turut meyampaikan doa dan harapannya bagi almarhum. Mereka menyampaikannya dalam kolom komentar. Setiap artikel yang berbicara tentang kepergian bapak Abdul Azis bisa memuat sekurang-kurangnya 5-10 komentar yang isinya secara garis beras adalah sama, yaitu doa dan harapan bagi Abdul Azis.
Melihat ada begitu banyaknya artikel yang berbicara tentang kepergian kompasianer Abdul Azis, juga komentar-komentar dari para kompasianer lainnya, itu menjadi tanda bahwa ikatan persaudaraan di kalangan kompasianer cukup kuat. Ikatan itu ternyata tidak hanya seputar memberikan nilai dan membaca setiap artikel yang dimuat oleh setiap kompasianer, tetapi lebih dari itu. Ada doa dan harapan bagi mereka yang telah berpulang.
Sungguh indah mengalami persahabatan di kalangan para kompasianer ini. Saya sendiri merasa sangat bangga bergabung dalam persahabatan itu. Dalam hal inilah Kompasiana menyatakan diri sebagai platform blog yang lebih dari sekedar blog. Selain membantu banyak orang berkembang dalam dunia literasi, Kompasiana juga membantu setiap orang menemukan sahabat dan keluarga baru bagi mereka.
Selamat jalan bagi ayah kami, saudara kami dan sahabat kami, Abdul Azis. Terima kasih atas semua literasi berharga yang pernah engkau bagikan kepada kami. Kini, dengan kepergianmu, kami hanya bisa berdoa, semoga Allah yang Maha Rahim berkenan menerima engkau di sisi-Nya.