Saya lahir tanggal 24 Desember dan menurut ibu, saya lahir tepat pada malam Natal saat semua anggota keluarga sedang bergegas merayakan Natal di Gereja. Ada kebanggaan tersendiri dengan waktu kelahiranku itu, yaitu dirayakan bersama dengan Tuhan oleh semua orang yang mengimani-Nya.
Namun di sisi lain, itu membuat saya tidak terbiasa dengan perayaan ulang tahun ku. Setiap kali hari ulang tahun ku tiba, semua keluarga sibuk dengan malam Natal. Meskipun demikian, bagi saya sendiri itu tidaklah menjadi masalah. Di dalam hati saya mencoba menggabungkannya dengan Perayaan Kelahiran Tuhan Yesus yang sedang kami rayakan secara lebih meriah.
Namun ada kejadian menarik di komunitasku. Saat hari ulang tahun ku tiba, awalnya semua saudara tidak mengetahuinya. Saya sangat mengerti keadaan itu mengingat konsentrasi kami kepada Perayaan Hari Natal Tuhan Yesus saat itu. Setiap saudara tengah mempersiapkan pelayanan yang akan mereka lakukan kepada umat di berbagai stasi, baik itu stasi yang dekat maupun stasi yang jauh. Sampai malam tiba, ketika kami hendak bergegas melakukan pelayanan, tidak ada seorang saudara di komunitas ku yang menyadarinya.
Namun pada akhirnya ternyata mereka mengetahuinya juga. Itu terjadi karena ada salah seorang saudara yang sedang membagikan ucapan selamat Hari Natal di beranda Facebooknya dan melihat kalau saya sedang berulang tahun.
Saat itu saya baru saja kembali dari sebuah gereja stasi untuk menemani pastor merayakan Natal di sana. Tiba-tiba ketika saya menyapa beberapa anggota komunitas yang sedang menikmati kue Natal, mereka langsung menjawab: “Selamat Natal dan selamat ulang tahun juga ya”. Akhirnya malam itu lagu selamat ulang tahun pun segera berkumandang.
Beberapa dari antara mereka merasa kecewa karena saya mendiamkan begitu saja hari ulang tahun ku. Namun ketika mereka semua berpikir bahwa keadaannya memang sedang berfokus pada Natal Tuhan Yesus, akhirnya mereka pun segera memakluminya.
Malam itu, kami mengambil waktu sejenak untuk merayakan hari ulang tahun ku. Kebetulan saat itu ada kue Natal. Kue itulah yang kami gunakan sebagai kue hari ulang tahunku dan spontan kami semua tertawa menyaksikannya. Namun kami tetap melanjutkannya dan kami sangat menikmati acara itu.
Mereka mengambil lilin Natal yang ada di Gereja untuk saya tiup sebagai ganti lilin ulang tahun. Saya juga memotong kue Natal dan membagikannya kepada para saudara sekomunitas, mulai dari yang tertua hingga kepada yang muda. Sungguh suatu perayaan ulang tahun yang sangat spesial.
Lalu ketika tiba waktunya untuk menyampaikan kesan-kesan dari yang berulang tahun, maka saya pun mengatakan kalau saya sengaja mendiamkan hari ulang tahun ku agar konsentrasi kami untuk merayakan Natal Tuhan Yesus tidak terbagi. Bahkan mereka pun spontan tertawa ketika saya berkata: “Biarlah aku semakin kecil tetapi Dia semakin besar. Aku tidak ingin menghalangi warta kelahiran Tuhan Yesus”.
Ketika acara ulang tahun selesai, saudara kami yang bertugas sebagai bapak komunitas memberi pengumuman kalau perayaan ulang tahun ku akan dibuat pada hari ketika Perayaan Natal berakhir. Beliau mengakui kalau kami semua masih terfokus pada perayaan Natal Tuhan dan itu membutuhkan pergerakan besar karena harus melakukan pelayanan yang tidak sedikit kepada umat Allah. Namun meskipun demikian, saya merasa kalau hari ulang tahunku sudah dirayakan dengan cukup meriah karena saya telah menggabungkannya dengan Natal Tuhan.