Suatu hari saya diminta oleh Pastor Paroki untuk menjadi pengawas dalam penjualan hasil kebun milik Caritas Keuskupan. Kebetulan beliau adalah direkturnya. Yang menjadi tugas saya ialah mencatat hasil penjualannya dan menyetor uangnya kepada bendahara umum bagian perkebunan.
Untuk menjalankan tugas tersebut, saya dibantu oleh seorang mahasiswa yang tinggal di komunitas kami. Beliau bertugas untuk mengantarkan hasil kebun itu kepada setiap pelanggan dan melaporkan hasilnya kepada ku.
Namun sebelum penjualan dilakukan, saya harus memastikan ketersediaan hasil kebun yang hendak dijual. Tujuannya ialah agar mendapat kesesuaian dengan jumlah yang telah dipesan oleh para pelanggan. Oleh karena itu, pagi hari sekitar pukul 08.30 WIB, saya bersama mahasiswa tersebut segera berangkat ke kebun.
Setibanya kami di kebun, saya melihat bahwa Pastor Paroki telah berada di sana. Beliau memberi arahan kepadaku tentang hal-hal apa saja yang perlu saya perhatikan untuk membantu kelancaran penjualan. Di sana juga ada beberapa pekerja kebun yang sedang memanen hasil kebun. Hasil kebun yang sudah di panen dikumpulkan dalam sebuah terpal yang besar dan dari sanalah kami mengumpulkan dan menimbang hasil kebun tersebut sesuai dengan jumlah yang dipesan.
Karena banyaknya pesanan, maka saya pun turut membantu mereka dalam membungkus hasil kebun yang sudah dipesan. Untuk setiap pesanan yang sudah selesai dibungkus, saya mencatatnya dalam sebuah buku. Catatan itu menjadi penting untuk membantu mereka menyalurkan hasil kebun kepada setiap pemesan sekaligu menjadi bahan pelaporan saya nantinya kepada bendahara.
Setelah semuanya terbungkus dengan baik, maka mereka pun segera menyalurkannya. Saya turut membantu mereka agar penyalurannya bisa selesai dengan cepat. Kegiatan itu selesai kami kerjakan selama kurang lebih 2 jam. Kami tidak membutuhkan waktu yang lama karena mereka sudah terbiasa melakukannya. Ditambah lagi, saya pun turut berpartisipasi di dalamnya.
Setelah itu saya kembali ke paroki. Di paroki saya menghitung semua hasil penjualan hari itu dan membuat laporan atasnya. Dan setelah laporannya selesai, saya pergi mengantarkannya kepada bendahara.
Sungguh suatu pengalaman yang menarik bagi saya. Itulah pertama kalinya saya terlibat secara langsung mengurus program kerja Caritas Keuskupan. Dan meskipun sifatnya sementara sambil menunggu para pegawai lainnya selesai berlibur, namun pengalaman itu sungguh merupakan suatu kehormatan bagi saya.
Dari pengalaman itu saya mengerti bagaimana rasanya terlibat secara langsung dalam suatu pekerjaan. Di sana sangat dibutuhkan totalitas diri agar pekerjaan tersebut bisa berjalan dengan baik. Selain itu, dengan terlibat secara langsung juga mengajak kita untuk tidak hanya berfokus pada tanggung jawab pribadi, tetapi juga turut membantu rekan-rekan lainnya dalam menjalankan tanggung jawab mereka. Kerja sama yang baik adalah kunci keberhasilan dari suatu pekerjaan.
Kebetulan Caritas itu merupakan suatu kelompok yang bertugas mengembangkan sosial ekonomi umat dan warga yang berada di keuskupan kami. Untuk itu dengan terlibat secara langsung di dalamnya maka saya pun telah turut menyumbang untuk kebaikan bersama. Harapan saya, semoga pengalaman hari itu membangun semangat solidaritas di dalam diriku agar aku tidak hanya peduli dengan diri ku sendiri tetapi juga peduli dengan orang lain.