Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Covid-19 Kami Terpaksa Tanpa Malam Natal dan Tahun Baru

6 Desember 2020   22:15 Diperbarui: 6 Desember 2020   23:16 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Malam Natal dan Tahun Baru (merdeka.com) 

Kami baru saja mengadakan rapat bersama dengan para Dewan Pastoral Paroki Inti (DPPI). Kami mendiskusikan tentang Perayaan Natal dan Tahun Baru. Dan setelah mendengarkan beberapa pendapat dari para DPPI maka kami memutuskan untuk tidak membuka Gereja pada Perayaan Ekaristi Malam Natal dan Malam Tahun Baru, sementara untuk Perayaan Ekaristi di siang harinya, Gereja terbuka seperti biasa.

Perayaan Ekaristi Malam Natal dan Malam Tahun Baru akan ditayangkan melalui Chanel Youtube Paroki.

Sebenarnya kami sangat menyayangkan keputusan itu. Namun melihat kasus covid-19 di tempat kami yang selalu bertambah setiap harinya maka kami terpaksa menerima keputusan itu demi kebaikan bersama.

Dari pemerintah sendiri tidak ada aturan untuk menutup Gereja. Pemerintah hanya mengeluarkan kebijakan agar setiap pertemuan mesti dilakukan dengan mentaati protokol kesehatan. Meskipun demikian kami mengambil kebijakan untuk tidak membuka Gereja dalam Perayaan Ekaristi di malam hari untuk dua Perayaan besar itu, yaitu Natal dan Tahun Baru.

Jika seandainya jumlah kasus baru covid-19 mengalami penurunan maka kami pun pastilah berkenan untuk membuka Gereja. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Setiap hari terdapat kasus baru dalam jumlah yang besar bahkan terkadang semakin besar. Kami khawatir jika Perayaan Malam Natal dan Tahun Baru akan turut menyumbang terjadinya kasus baru covid-19 yang semakin besar.

Dari keputusan ini saya mengerti bahwa kami harus mengambil cara lain untuk menikmati Perayaan iman akan kelahiran Tuhan. Kami tidak boleh memaksakan kehendak dengan bertahan pada cita rasa iman yang kaku untuk membuka Gereja karena sedang merayakan Kelahiran Tuhan.

Saya kira keputusan kami itu tidaklah mengurangi atau pun mendustai iman kami akan Tuhan. Saat itu kami sedang memikirkan diri kami sendiri dan juga orang lain. Tuhan sendiri telah bersabda agar kami saling mencintai satu sama lain dan di masa pandemi ini, bukti cinta itu kami perlihatkan lewat mentaati protokol kesehatan, bahkan harus rela tidak ikut Perayaan Ekaristi secara langsung.

Semoga pandemi ini segera berakhir. Itulah harapan kita bersama. Dan sambil berjalan dalam pengharapan akan itu, mentaati protokol kesehatan adalah sikap utama yang perlu dijaga selalu. Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun