Suatu hari saya pergi melayat ke rumah salah seorang dari saudara kami sekomunitas. Ayahnya meninggal dunia. Saya berada di rumah duka sampai proses pemakaman selesai dilakukan.
Selama berada di rumah duka, ada banyak keluarga yang melayat. Masing-masing dari mereka diberi kesempatan untuk memberikan kata-kata penghiburan.
Meskipun judulnya ialah memberikan kata-kata penghiburan, namun ada juga dari mereka yang menangis sejadi-jadinya saat mengenang kembali masa-masa yang pernah mereka lalui bersama dengan ayah dari saudara kami tersebut.
Ada yang mengatakan bahwa ternyata mereka lalai dengan beberapa hal yang pernah dinasihatkan oleh almarhum kepada mereka sewaktu masih hidup dan tinggal bersama mereka. Dari apa yang mereka katakan bisa saya mengerti bahwa mereka menyesal dengan kelalaian itu. Ada juga yang tidak menyangka bahwa ternyata apa yang pernah dikatakan oleh almarhum kepada mereka memiliki arti yang mendalam. Mereka pun tampak menyesal.
Mereka menyesal karena baru menyadari hal itu setelah kepergian almarhum dari tengah-tengah mereka. Kalau boleh berandai-andai, seandainya saja almarhum diberi kesempatan untuk hidup kembali barangkali mereka akan menuruti segala perkataan almarhum. Atau boleh juga sebaliknya, mereka tetap menganggapnya sebagai perkataan yang biasa. Semuanya tergantung dari besarnya penyesalan yang mereka ungkapkan.
Saat itu ada beberapa pertanyaan di dalam hati ku, mengapa semuanya muncul saat kematian tiba? Mengapa mereka baru mengerti kalau mereka lalai dengan apa yang pernah almarhum katakan kepada mereka setelah almarhum telah tiada? Mengapa mereka baru menyadari arti yang sangat mendalam dari apa yang pernah dikatakan oleh almarhum setelah almarhum tiada? Apa makna dan peran kematian dalam kenangan mereka bersama almarhum?
Karena fokus pada rasa duka, saya hanya bisa sampai pada pertanyaan-pertanyaan tersebut. Saya tidak ingin menyibukkan pikiranku dengan pertanyaan-pertanyaan agar tujuan dari kehadiran ku tercapai, yaitu menemani saudara kami yang sedang berduka dan sebisa mungkin memberikan penghiburan rohani kepadanya.
Setelah acara penguburan selesai, saya segera kembali ke komunitas sementara saudara kami itu masih tinggal beberapa hari lagi di rumah duka. Di komunitaslah, saya memiliki kesempatan untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat saya berada di rumah duka.
Sebenarnya saya tidak bisa menemukan jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun saya melihat bahwa ada hal lain yang hendak dikatakan dari sana yaitu tentang kesempatan menjalani kehidupan bersama dengan orang-orang yang kita cintai.
Kita mengerti bahwa kematian adalah akhir dari kehidupan kita di dunia ini. Saat kematian tiba, maka kita akan berpisah secara fisik dengan orang yang kita cintai. Dan itu berarti, kematian membuat kebersamaan kita secara fisik dengan orang yang kita cintai itu berakhir.