Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Miskin dan Bahagia di Hadapan Allah

1 November 2020   11:02 Diperbarui: 1 November 2020   11:07 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, 01 November, Gereja Katolik merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Hari Raya ini mengingatkan kita akan jaminan kebahagiaan surgawi yang kelak akan kita nikmati. 

Sesungguhnya kebahagiaan itu telah dapat kita nikmati di dunia ini namun kelak akan mendapat kepenuhannya secara sempurna. Karena itulah, kemampuan bertahan dalam kebaikan selama hidup di dunia ini menjadi penting untuk memupuk rasa rindu akan kebahagiaan yang sempurna yang kelak kita alami saat kembali kepada Allah di surga. Di sana kita akan melihat wajah Allah dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.

Yang menarik dalam perayaan ini ialah Injil yang dibacakan berbicara tentang Sabda Bahagia (lihat Matius 5:1-12a). Secara tidak langsung Injil itu hendak mengatakan bahwa orang kudus yang kita Rayakan pada hari ini adalah mereka yang telah berbahagia di surga. 

Namun rahasia kebahagiaan itu juga diwartakan kepada manusia yang masih mengembara di dunia ini agar mereka mengerti apa yang perlu untuk bisa hidup bahagia di dunia ini dan di surga kelak.

Dalam Injil hari ini dikatakan bahwa orang yang bahagia itu pertama-tama ialah mereka yang hidup miskin di hadapan Allah. Miskin berarti merasa kekurangan jika tidak ada Allah dalam hidup mereka dan yang senantiasa menggantungkan hidupnya hanya kepada Allah. 

Mereka inilah yang oleh Yesus disebut sebagai yang berbahagia dan pemilik Kerajaan Surga (Mat 5:3). Miskin bukan pertama-tama dilihat dalam konteks harta tetapi kerinduan yang mendalam kepada Allah, yang selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.

Miskin juga bisa kita artikan sebagai kesadaran diri akan begitu rendahnya diri kita di hadapan Allah. Di hadapan Allah yang Maha Kuasa itu kita sadar bahwa kita bukanlah siapa-siapa. 

Segala kecerdasan dan kehebatan yang kita miliki bukanlah apa-apa di hadapan-Nya. Itulah sifat miskin di hadapan Allah yang maha Kaya. Karena sifat itu jugalah maka kita pun tidak ingin berpisah dari Tuhan, selalu rindu untuk tinggal bersama dengan Tuhan dan memohon agar senantiasa mendapat penyertaan dari Tuhan.

Hari raya semua orang kudus yang dirayakan pada hari ini mengingatkan kita untuk menjadi miskin di hadapan Allah. Sifat ini acapkali terkerup oleh situasi dunia saat ini yang mewah, megah dan penuh persaingan. 

Di sana-sini muncul kesombongan, sikap menjatuhkan sesama terlebih mereka yang menjadi saingan dalam hidupnya, iri hati, gila kehormatan dan kekuasaan serta sifat-sifat buruk lainnya yang menciderai relasi terhadap sesama yang di sekitar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun