Karena kekurangan tenaga pastoral untuk membagi komuni dalam Perayaan Ekaristi, para suster dan frater diberi tugas untuk membantu membagi komuni. Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok sesuai dengan jumlah misa pada hari Minggu yaitu tiga kali.
Sebenarnya saya tidak terikat untuk ikut bersama mereka dalam kelompok membagi komuni, karena adakalanya saya pergi ke stasi untuk menemani pastor. Namun jika saya tidak pergi maka saya pun ikut membantu mereka.
Hari Minggu itu saya tidak ikut ke stasi. Sebelum ke Gereja saya memutuskan untuk mengikuti ketiga Perayaan Ekaristi pada hari itu. Itu artinya saya tidak akan sarapan sampai ketiga Perayaan Ekaristi itu berakhir.
Sehabis mengikuti Perayaan Ekaristi yang pertama, saya dianjurkan oleh Pastor paroki untuk sarapan. Itu artinya saya tidak akan mengikuti Perayaan Ekaristi yang kedua. Sebenarnya saya ingin mengikuti anjuran itu tetapi ketika saya melihat bahwa para petugas pembagi komuni jumlahnya kurang maka saya mengurungkan niat itu. Akhirnya saya pun ikut dalam Perayaan Ekaristi yang kedua dan membantu dalam membagi komuni.
Seusai Perayaan Ekaristi yang kedua saya pun ikut lagi dalam Perayaan Ekaristi yang ketiga. Perut saya mulai keroncongan. Untuk mengantisipasi bahaya kesehatan maka saya pergi ke ruang makan untuk memakan sebiji pisang dan minum air mineral. Dan syukur kepada Tuhan akhirnya saya berhasil mengikuti ketiga Perayaan Ekaristi pada hari itu.
Itulah pertama kalinya saya mengikuti Perayaan Ekaristi sebanyak tiga kali berturut-turut dalam satu hari. Pengalaman ini sudah saya nantikan sejak minggu lalu saat saya hanya mampu mengikuti Perayaan Ekaristi secara penuh sebanyak dua kali.
Apa yang mau saya kejar? Sebenarnya saya tidak sedang mengejar apa-apa selain dari pada untuk merasakan pengabdian total sebagai pembagi komuni untuk tiga Perayaan Ekaristi dalam satu hari. Ada kepuasan tersendiri yang kurasakan setelah mampu melakukannya.
Rasa lapar, haus dan lelah tidak lagi menjadi halangan bagiku untuk tidak melakukan niat itu. Sebaliknya ketiga rasa itu membantu saya untuk lebih bersungguh-sungguh merenungkan peristiwa kasih yang dilakukan oleh Tuhan Yesus saat Ia tak henti-hentinya mengurbankan Diri bagi keselamatan manusia. Dan misteri pengurbanan itu termuat dalam Perayaan Ekaristi yang kuikuti selama ini.
Bagi saya pribadi, pengalaman mengikuti Perayaan Ekaristi sebanyak tiga kali dalam satu hari menjadi pengalaman berahmat. Saya menganggap apa yang telah saya lakukan itu sebagai bentuk persembahan diriku yang nadanya adalah syukur kepada Tuhan yang telah dan selalu mencintai diriku dalam setiap langkah hidupku.
Mungkin tidak layak untuk disebut sebagai balasan mengingat betapa tak terkiranya Kasih Tuhan dalam hidupku. Namun sebagai pribadi yang merasa dicintai itulah yang mampu saya lakukan. Kiranya Tuhan berkenan dengan itu.