Kebaikan itu butuh satu hal, yaitu konsistensi. Kebaikan itu harus terus menerus dilakukan hingga sampai menjadi sebuah kebiasaan. Dan saat telah terbiasa untuk berbuat baik maka kebaikan itu pun akan menjadi suatu keutamaan.
Kebaikan yang sesekali saja dilakukan belumlah disebut sebagai keutamaan. Kebaikan itu disebut sebagai kebaikan yang kondisional.Â
Kebaikan yang demikian boleh jadi terjadi saat moodnya baik ataupun saat ada motivasi tersembunyi di dalamnya. Dan pada akhirnya kebaikan yang demikian mudah menimbulkan kecurigaan dari orang lain yang melihatnya. Mereka curiga karena kebaikan yang dilakukan terkesan tidak tulus.Â
Namun kualitas kebaikan bukanlah ditentukan oleh penilaian banyak orang karena kebaikan adalah bernilai dalam dirinya sendiri.
Tujuan dari konsistensi kebaikan ialah agar kita bertumbuh sebagai pribadi yang baik, yang kegemarannya ialah berbuat kebaikan. Itulah yang disebut sebagai keutamaan. Orang yang setia melakukan kebaikan akan unggul dalam kebaikan, dan hidupnya selalu dipenuhi dengan kebaikan.Â
Oleh karena itu, mari setia dalam kebaikan. Mari setia untuk melakukan hal-hal yang baik dalam hidup. Setiap orang yang melakukan kebaikan dalam hidupnya adalah orang yang berkenan di hadapan Tuhan karena Tuhan itu adalah sumber kebaikan dan Dia sendiri adalah kebaikan sempurna. Dan sebagai orang yang bernaung di hadapan-Nya senantiasa dipanggil untuk berbuat baik dalam hidup setiap hari.Â
Salam kebaikan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H