Mohon tunggu...
Dedy Istanto
Dedy Istanto Mohon Tunggu... wiraswasta -

hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Televisi

18 Februari 2011   09:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:29 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1298022607360192525

Mendapatkan informasi, hiburan, atau juga pendidikan, mungkin televisi lah medianya. Dari berbagai sisi Televisi memang media paling efektif dalam memberikan wejangan kepada khalayaknya. Tak ada batas media ini mampu menerjang sampai kesegala sendi otak untuk meracuninya. Tentu dengan jenis racun yang bermacam – macam tergantung dosis yang diberikan. Televisi diciptakan dalam meraih sebuah perkembangan ilmu pengetahuan, juga murni sebagai media hiburan masyarakat. Menghibur seluruh umat manusia yang ingin memperkaya ilmu dari berbagai informasi. Tak heran dahulu televisi menjadi media yang maju untuk memberikan khalayaknya berbagai macam hiburan maupun pengetahuan dari berbagai belahan dunia. Dengan bekal inilah maka televisi menjadi begitu diminati dan mulai diproduksi secara besar - besaran. Tak heran faktor ekonomi produksi televisi makin terus meningkat, maka secara otomatis jualan hiburan acaranya pun kian berkembang dan melonjak. Kini televisi tidak seperti dahulu lagi. Sisi hiburan dan pendidikan untuk khalayak sudah tidak lagi menjadi prioritas untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Jangan terkejut jikalau ternyata orientasi bisnis menjadi pemicu dalam roda kancah industri pertelevisian. Ironis memang, televisi yang sudah diciptakan kini tidak lagi menjadi media untuk pencerahan bagi khalayak ramai. Perubahan sepuluh tahun kebelakang ini hampir diberbagai belahan wilayah masyarakat memiliki televisi merupakan perangkat pelengkap didalam rumahnya. Barang ini memang sudah seperti barang wajib. Televisi memang kini menjadi barang yang mudah untuk didapat. Ini mungkin yang membuat kita sekarang ini lebih banyak duduk terpaku didepan televisi sebagai obat penenang dalam kesuntukkan. Media televisi menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Memang ini adanya, media televisi yang setiap hari disaksikan sudah menjadi lingkaran bisnis yang menguntungkan dan menggiurkan bagi pelakunya. Hanya dengan iklan dan program, media ini bisa meraup puluhan bahkan ratusan juta hingga milyaran. Sungguh angka yang tidak kecil bila dibandingkan dengan dampak yang sudah dihasilkan dari tayangan media televisi tersebut. Mungkin ini yang perlu dikritisi, sampai kapan media seperti ini terus menteror kehidupan didalam rumah kita. Setiap harinya disuguhkan dengan tayangan yang tidak mendidik, terutama bagi anak-anak dalam mengolah logika dalam cara berpikirnya. Sampai dimana tanggung jawab media untuk memperbaiki pola pikir yang sudah terbentuk karena ulah tayangan yang tidak mendidik. Tentu ini perlu diperhitungkan dan dipertanggung jawabkan. Selama ini media hanya memberikan anjuran untuk mendampingi anak ketika sedang asik menyaksikan tayangan televisi. Ini yang kadang terkesan bahwa memang media tidak mau bertanggung jawab penuh dalam memberikan doktrin tertentu. Tidak banyak keluarga yang mau mendampingi anaknya ketika sedang menyaksikan tayangan televisi. Karena memang tidak bisa setiap harinya orang tua mendampingi karen mempunyai kesibukannya sendiri. Ini yang mungkin media juga harus perhatikan, tidak semua keluarga di Indonesia itu seperti keluarga yang berada di luar negeri, yang pendidikan demokrasinya begitu terjaga. Dan tidak semua keluarga yang baik itu akan menularkan keluarga disebelah rumahnya. Karena semua kehidupan keluarga pasti mempunyai mekanismenya masing-masing dalam menjalankan aturan mainnya. Kini media televisi sudah menjadi tempat pertukaran uang yang begitu besar. Berbagai macam yang dijual melalui iklan dapat menganggu stabilitas kemandirian kita. Setiap harinya selalu dijejalkan dengan tayangan iklan untuk mengikuti pola kehidupan kota metropolitan. Apa sich dampaknya ????????????? Silakan……………….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun