51 orang menjadi korban dalam aksi kudeta Militer Myanmar selama akhir pekan ini, saat mereka menekan kampanye mereka untuk melawan para pengunjuk rasa yang menentang mereka di kota-kota besar dan kecil di seluruh negeri myanmar.Â
Terlepas dari terjadinya aksi kudeta selama berminggu-minggu oleh pasukan keamanan, di seluruh negeri myanmar telah banyak bangkit gerakan pembangkang sipil yang telah melumpukan sebagaian besar ekonomi serta operasi pemerintahan dan tidak menunjukkan berkurang.
Dalam video facebook live, Mahn Win Khaing Than, salah satu pemimpin pemerintahan sipil yang dideklarasikan sendiri dibentuk dalam persembunyian, mendesakan para pemberontak etnis yang berperang dengan tentara selama beberapa dekade untuk bergabung dengan gerakan protes mereka dalam mengupayakan demokrasi federal untuk mengantikan militer. Dan dia menyebutkan "saat tergelap bangsa dan saat fajar sudah dekat."
Mahn Win Khaing Than, mengatakan dalam video tersebut yang di posting dapa hari sabtu bahwa kelompoknya, komite mewakili parleman myanmar, telah berbicara melalui zoom dengan kelompok etnis bersenjata. Yang menguasai sebagai besar Myanmar utara.
Dia mengatakan etnis minoritas myanmar telah "menderita berbagai jenis penindasan dari kediktatoran selama beberapa dekade" dan menghimbau persatuan. "Resolusi ini adalah kesempatan bagi  kami untuk menyatukan upaya kami" kata Mahn Win Khaing Than , yang berasal dari kelompok etnis karen.
menurut sejarah, Militer myanmar yang dikenal sebagai tatmadaw, telah menjalankan negara itu selama hampir 60 tahun terakhir. dan selama waktu itu, mereka telah memerangi pasukan pemberontak yang terdiri dari anggota etnis minoritas yang mendiami daerah yang kaya batu giok, dan sumber daya lainya.
Meskipun tatmadaw menyerahkan sebagai kekuasaan kepada pejabat terpilih selama dekade terakhir, diantarnya adalah peraih Nobel Daw  Aung SAn Suu kyi, ia terus beroperasi tanpa pengawasan sipil. pada 2017, mereka melancarkan kampanye pembersihan etnis yang di kutuk secara internasional terhadap muslim Rohingya di Myanmar barat, menewaskan ribuan orang dan memaksa lebih dari 700.000 melahirkan diri ke negara tetangga Bangladesh.
Sekarang, Militer telah membawa taktik serupa dan beberapa unit militer yang sama ke kota-kota diseluruh negeri . Tentara dan petugas polisi, yang juga berada di bawah otoritas komandan tertinggi tentara, telah menembakan ke rumah dan kerumunan pengunjuk rasa, memukili demonstran di jalan-jalan dan menangkap ratusan orang, beberapa di antaranya kemudian disiksa, kata para korban dan  saksi.Â
lebih dari 110 orang telah dibunuh oleh militer dan polisi sejak kudeta tersebut, menurut PBB, dokter, staf rumah sakit dan kerabat para korbanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H