Mohon tunggu...
Dedi Iskamto
Dedi Iskamto Mohon Tunggu... profesional -

Ikhtiar dan tawakal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terjebak Berbuat Kriminal, (True Story..1)

4 Oktober 2010   09:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berikut adalah kisah pengalaman hidup yang selalu terkenang. waktu itu Aku dulu tinggal di sebuah desa di pedalaman sumatera selatan daerah yang terkenal dengan banyak kriminalnya (konon katanya tukang copet di jawa banyak dari sumsel he hehe ) . Kisah ini terjadi takala ketika aku kelas 5 SD atau pada saat berusia 12 tahun masih ingusan katana. Pada saat itu aku tidak pernah memilih untuk berteman, biasanya setelah pulang sekolah aku langsung keluar rumah untuk mencari teman yang bisa diajak bermain. Pada suatu hari aku diajak temanku untuk ”berburu” katanya, karena hanya aku yang memiliki senapan angin maka aku diminta untuk membawa senapan angin, masalah peluru nanti biar kita urunan. Akhirnya aku pulang mengambil senapan angin orang tuaku di kamarnya, ”mau menembak burung”, kataku pada mereka, seperti biasa orang tuaku mempersilahkan saja.

kami berangkat sekitar 5 orang, teman yang satu sekolah hanya 3 orang dua orang lain sudah tidak sekolah, dan katanya orang dia ”anak nakal”, saat itu umurnya sekitar 20 tahunan.Dengan gagahnya sambil memegang senapan aku mengikuti para senior ku berjalan dibawah pohon-pohon di hutan, kebetulan antara kampung dan hutan dankebun-kebun dimana banyak burung dan binatan lainya.dibatasi dengan sungai yang cukup besar yakni Sungai Kelingi Terpaksa kami harus menyebrangi sungai tersebut,

kami lalu membuka baju kami, bertelanjang, lalu kami menyebrang sungai, caranya adalah pakaian dipengang ditangang kiri sedangkan tangan tangan kanan digunakan untuk mengayuh tubuh sehingg badan dapat tertolak kedepan, karena aku membawa senapan pakaianku kuserahkan kepada teman yang lain. Lalu dengan tangan kiri memegan senapan tangan kanan kugunakan untuk mengayuh badan, ternyata senapan angin ketika diatas air sangat berat sehingga mau tidak mau badan tenggelam di dalam air dan akhirnya aku tidak sanggup lagi mempertahankan senapan angin untuk tetap diatas air, karena dasar sungai terpijak olehku akibat beban senapan angin, aku dan senapan angin tenggalam dalam air. Dengan susah payah akhirnya sungai itu kami seberangi juga.

Sesampainya diseberang kami segera memakai pakain kami, lalu kamipun masuk hutan untuk mencari burung, tetapi lama diincar ternyata burung tidak dapat juga, tembakan kami selalu meleset, akhirnya yang menjadi korban adalah kelelawar yang banyak bersembunyi dibali dahan pohon kelapa, ya sebagai sarana latihan menembak.

Setelah capek menembak kamipun mengambil pepaya yang banyak tersedia di kebun, ditempat kami pepaya jika sudah matang siapapun boleh mengambilnya tanpa izin karena jika tidak yang memakannya adalah burung atau hewan lainnya. Tetapi aku lebih suka makan pepaya yang setengah matang karena rasanya setengah manis dan agak keras sehingga kalo dimakan akan berbunyi ”kres2”.

Selesai mengisi perut kami berencana pulang kembali, tetapi teman ku melihat seekor kambing dipinggir sungai, ”wah bakal makan enak neh katanya”, ia lalu mengambil senapanku lalu menembak kambing tersebut pas pada bagian dadanya terlihat kambingnya mengembik, aku diam bengong karena belum pernah menembak hewan sebesar itu bahkan ayam pun belum pernah aku tembak, dan aku tidak mampu mencegah karena mereka lebih senior dan bukan orang yang mau menerima saran, teman-teman yang lain lalu berlari kearah kambing, dengan cepat memegang leher kambing tersebut dan menyembleh lehernya. Aku kaget dak benar2 tidak menyangka secepat itu tindakannya,,, ”aha nyate kambing kita hari ini”, teriak yang lain, aku benar ketakutan karena aku tahu bahwa ini adalah kegiatan kriminal bisa mati aku kalo ketahuan bapak. Dikampung ada hukum ada kalo ketahuan mencuri kambing, buah2, atau ikan di kolam kita harus dihukum dengan membayar denda 10 sampai 50kali harga barang tersebut.

Selesai menyembelih kambing mereka menyeret kambing tersebut kearah sungai, salah satu teman membuka pakaiannya dan menyerahkan ke yang lain, oh ternyata mereka akan membawa kambing tersebut ke ilir sungai dengan cara menghayutkannya dan menduduki kambing tersebut sehingga ditemukan tempat yang benar-benar aman untuk menyantap kambing tersebut sedangkan, teman yang lainnya mengikuti dari pinggir sungai. Aku benar-benar tidak menyangka ternyata teman2 sanggup berbuat kriminal, dan aku mulai berfikir untuk segera meninggalknya karena aku tidak mau terbawa-bawa. Ketika setengah perjalanan menuju hilir sungai aku segera bicara pada temanku bahwa aku sudah dipesankan orang tua untuk tidak pulang sore karena harus ketempat pamanku mengambil beras, lalu aku pergi meninggalkan teman2 ku yang akan berpesta ”kambing”.

Setelah itu aku benar2 kapok tidak mau lagi berteman anak ”nakal” tersebut lebih baik aku menjauh daripada terbawa kan bisa repot, memang tidak mudah mencari teman, salah2 kita bisa terjerumus apalagi jika kita tidak mampu berkata tidak atau jangan...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun