Mohon tunggu...
Dedi Setiawan
Dedi Setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bergiat di bidang inovasi, teknologi, dan literasi. Menjalani hobi berbisnis, kuliner, dan jalan-jalan ;) http://dedisetiawan.com/about/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pak Taufik dan Kesadaran Itu

2 Maret 2013   06:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:27 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="411" caption="Ilustrasi jalan rusak"][/caption]

Sebagai orang baru di kompleks, saya banyak tanya ke tetangga samping rumah. Pak Taufik, begitu saya memanggilnya. Mulai dari iuran rutin sampai urusan cuci mobil, saya tanya ke dia. Maklum, saya mau semua berjalan normal sejak awal. Setidaknya jangan sampai mengusik tetangga.

“Pak, kalau saya cuci mobil di jalanan depan rumah, ga papa, kan?” tanya saya.

Embel-embel “kan” di akhir kalimat tanya itu lebih sekadar untuk memastikan. Maksudnya, saya yakin diperbolehkan. Rumah rumah saya, masa ga boleh cuci mobil di depan rumah?

Pak Taufik diam sejenak. Ada kernyit di wajah teduhnya, mungkin sedang memilih kalimat yang pas. “Sebaiknya jangan, Mas,” katanya, sopan dan hati-hati.

Saya tidak menyangka dapat jawaban di luar dugaan. “Kenapa, Pak?”

“Kalau cuci mobil di jalanan, nanti aspalnya cepat rusak karena airnya tergenang. Lebih baik di garasi rumah saja, airnya akan langsung ke selokan.”

Saya takjub dengan penjelasan singkat itu. Penjelasan yang menandakan kesadaran untuk menjaga fasilitas umum. Berhari-hari saya masih memikirkannya. Pendapat Pak Taufik tepat.

Jalanan aspal depan rumah memang datar. Air mudah tergenang, sehingga mempersingkat umur aspal. Andai aspalnya yang hancur, tentu butuh biaya lebih mahal dan waktu lebih lama untuk memperbaiknya. Lagi pula, jalanan depan rumah itu jalan umum, ada hak orang lain untuk memakainya. Ada hak orang lain untuk merasa nyaman dan tidak tersandung ketika berjalan di depan rumah saya.

Sedangkan lantai garasi dibuat landai. Air akan langsung menuju selokan, tidak tergenang. Misalnya lantai garasi yang rusak, tentu perbaikannya lebih mudah dan murah. Dan lagi, lantai garasi itu milik pribadi. Kalaupun saya terjatuh sampai jungkir balik karena lantainya bolong-bolong, itu resiko pribadi. Siapa suruh tidak apik merawat barang?

Oalah, mungkin masih banyak masalah keseharian yang saya salah kaprah. Saya sadar sesuatu itu bukan milik saya, tapi ketika sesuatu itu berada dalam jangkauan, saya jadi merasa “memilikinya”. Saya memang tidak langsung merusaknya, tapi juga tidak menjaganya dengan baik. Saya memang tidak langsung menghancurkannya, tapi ternyata turut berperan dalam mempersingkat umur pemakaiannya. Waduh!

Dedi Setiawan

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun