Alhamdulillah masih ada raut senyum yang ditebar sebagai bagian amal soleh kita di bulan ini, setelah usai audit yang cukup membuat beberapa hari ke belakang kita lelah dan mendebarkan, tentunya senyum yang melegakan yang menjadi kekuatan kita harus terus kami jaga, ditengah diskusi panas di beranda sekretariat dalam dialog seru lintas komisi untuk membangun sebuah komitmen yang lurus tentang pemberdayaan masyarakat pinggiran, walau ada saja pahlawan kesiangan yang menohok semangat kami, dengan membuat asumsi – asumsi negatif tentang Relawan, baik dari internal maupun eksternal tapi itu tak mengalahkan kekuatan yang telah kami bangun yaitu kebersamaan, solidaritas dan kekompakan yang masih melekat di sebagian teman2 kami, bahkan justru energi positif yang kami punya telah menyebar kesebagian tokoh masyarakat yang simpati bahkan berempati dengan kami.
Syukur itu memang akan menjadikann sebuah kekuatan dan energi ekstra yang akan terus memberikan semangat untuk (kalau boleh disebut) sebuah perjuangan. Kami yakin karena sesuai janji_Nya, bahwa tatkala kita bersyukur, Dia (Alloh) pasti menambah nikmatnya dan jika kita lupa akan nikmat yang tak terhingga ini maka azab lah yang akan kita terima.
Audit itu sepertinya kata – kata yang terkesan angker, seolah menghadapi tebing terjal yang akan dilewati, sehingga diantara temen – teme relawan, Sekretariat Relawan maupun unit – unit pengelola kegiatan saling share beban tentang apa – apa saja yang harus disiapkan dan apa – apa saja terutama yang belum selesai dikerjakan. Sebagai seorang yang ter”sandera” jadi koordinator relawan, saya tentu harus mengelola ini dengan sebaik – baiknya, memotivasi, membesarkan hati dan membimbing teman – teman dengan bijak, karena ditengah fenomena tawar “wani piro”yang terkesan serba komersial kami harus mengerjakan setumpuk tugas tanpa honor dan tanpa biaya operasional yang memadai, bahkan kami Relawan justru harus membayar auditor yang memeriksa kami, sungguh jika diukur dengan nalar zaman, ini sebuah ironi dan kontradiktif. Tapi semangat harus tetap terjaga.
Saat kondisi ini disampaikan, auditor yang kami temani keliling mengunjungi beberapa Kelompok Swadaya Masyarakat, (alhamdulilah ternyata mendapat beberapa apresiasi positif diantaranya : kelompok swadaya masyarakat yang mampu menyelesaikan proyek Jembatan dengan Bantuan hanya setengahnya dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan klompok kegiatan usaha ekonomi produsen makanan ringan MORING Ibu Eha yang usahanya terus melaju pesat, ikut tersenyum kelu mendengar share kami.
Rasanya untaian kata terimakasih saja tak akan cukup buat teman – teman relawan, sekretariat dan unit - unit pengelola yang telah bekerja ekstra menyelesaikan tugas mulia ini, tapi kami yakin amal baik akan memperoleh balasan_Nya yang setimpal, karena beramal baik tidak selalu harus berada di dalam mushola atau di tengah – tengah mesjid yang besar dan megah.
Ada satu kebanggaan lagi yang mesti kita syukuri, bahwa apa yang telah kita perbuat di tahun 2013, telah mendapat respon positif dari pihak terkait, sehingga kita memperoleh (reward) yang telah di aplikasikan menjadi sebuah jembatan kecil yang telah lama dinantikan sebagai penghubung masyaratakt pinggiran, penjual kue keliling, tukang sol sepatu, tukang service payung, service alat2 dapur, pencari rongsok dan sahabat - sahabat mereka orang pinggiran yang ternyata mempunyai rasa kebersamaan dan solidaritas tinggi.
Syukur itu memang harus terus kita jaga, harus terus kita pelihara dengan senyum yang tulus.
Semoga halaman ini menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menjaga konsistensi pengabdian buat masyarakat sekitar kita, terutama bersahabat dengan keluarga – keluarga tak mampu, masyarakat pinggiran yang ingin merasakan katulusan kita.
Semoga. Amin.
Penulis, adalah Relawan Pemberdayaan di masyarakat pinggiran)Pengurus DPD LDII Kuningan bidang Media
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H