Patient-Centered Care adalah perawatan yang berfokus pada keyakinan, pilihan, dan kebutuhan pasien (Jayadevappa, 2017). Patient-Centered Care menggambarkan bagaimana keputusan pasien mempunyai dampak terhadap keputusan klinis dan alokasi sumber daya (Araki, 2019). Patient-Centered Care memiliki delapan dimensi yakni menghormati nilai dan pilihan pasien, koordinasi layanan, informasi dan edukasi, kenyamanan fisik, dukungan emosional dan pengurangan rasa takut dan cemas, partispasi keluarga dan teman, kontinuitas (berkelanjutan) dan transisi, serta akses ke layanan (Rosa, 2021).
Penerapan Patient-Centered Care memberi banyak manfaat bagi pasien karena saat mereka dilibatkan dalam perawatan mereka akan memiliki pengelolan kesehatan yang lebih baik (Delaney, 2018). Menurut William (1987) pasien rentan tidak hanya karena masalah fisiologis saja tetapi juga karena ancaman terhadap identitas pribadi mereka misalnya, kurangnya kontrol atau ketidakmampuan membuat keputusan untuk diri sendiri selama perawatan. Kondisi tersebut bisa ditangani dengan partisipasi terapeutik pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan. Partisipasi terapeutik yang sukses dicapai melalui pengembangan kepercayaan dan interaksi antara pasien dan profesional kesehatan akan memberikan perawatan yang efektif, pemenuhan kebutuhan, dan mengurangi penderitaan pasien (Araki, 2019).
Perawat sebagai pemberi asuhan dan selalu mendampingi pasien selama 24 jam mempunyai peran paling penting dalam penerapan Patient-Centered Care (Merav & Ohad, 2017). Seorang perawat harus mampu menerapkan Patient-Centered Care dalam memberikan asuhan, karena hubungan antara pemberi pelayanan kesehatan dengan pasien merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien dan proses pemulihannya (Rosa, 2018). Patient-Centered Care juga berhubungan dengan banyak teori keperawatan, seperti teori transkultural keperawatan oleh Leininger (1988), teori keperawatan sebagai caring oleh Boykin dan Schoenhofer (1993), dan teori Roach (1987) tentang konseptualisasi hubungan caring (Araki, 2019).
Dalam dimensi menghormati nilai dan pilihan pasien, layanan memusatkan perhatian dan berkolaborasi bersama pasien. Pasien tidak dipandang hanya sebagai objek tapi dilibatkan dan didukung untuk berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan. (Rosa, 2018). Saat perawat menghormati hak pasien untuk mengambil keputusan terkait perawatan kesehatan, hal ini mencerminkan nilai otonomi sebagai salah satu nilai inti praktik keperawatan professional (Berman, Snyder & Frandsen, 2016). Dalam dimensi koordinasi dan integrasi perawatan, perawat dapat menerapkan teori transpersonal caring Watson (Ortiz, 2018). Perawat dan pasien berpartisipasi bersama dalam proses pasien menuju kesehatan dan keutuhan. Praktik caring melibatkan hubungan perawat-pasien, saling mengakui dan partisipasi antara perawat dan pasien (Berman, Snyder & Frandsen, 2016).Â
Dalam dimensi informasi dan edukasi, perawat menyampaikan bimbingan untuk mendukung keikutsertaan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan selama perawatan. Perawat bisa menerapkan teori pencapaian tujuan King dalam dimensi ini dan sistem interpersonal adalah yang relevan karena konsepnya adalah interaksi, komunikasi, transaksi, peran, stress dan koping (Ortiz, 2018). Teori adaptasi Roy menawarkan konsep untuk memandu perawatan fisik pasien yang berfokus pada pengurangan gejala dan manajemen nyeri sehingga bisa diterapkan dalam dimensi kenyamanan fisik. Roy menggambarkan manusia sebagai suatu sistem yang mampu menyesuaikan diri melalui fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi (Risnah & Irwan, 2021).
Kondisi medis dapat meningkatkan kecemasan. Perawat dapat menerapkan teori dan model keperawatan yang tertuju pada konsep yang memandu hubungan perawat-pasien, seperti teori hubungan interpersonal Peplau, teori proses keperawatan deliberatif, dan model hubungan manusia-ke-manusia Travelbee pada dimensi dukungan emosional dan pengurangan rasat takut dan kecemasan (Ortiz, 2018). Dalam model teoretis Peplau, proses interaktif antara perawat dan pasien menunjukkan bagaimana perawat mengubah energi atau kecemasan pasien. Perawat memiliki peran dinamis dalam perawatan klinis, seperti: fungsi sumber daya, pengajaran dan penasehat (Risnah & Irwan, 2021). Dimensi ini juga termasuk pada pasien yang akan meninggal. Perawat menjamin hak pasien dalam perawatan menjelang ajal. Asuhan pasien menjelang ajal harus meningkatkan kenyamanan dan kehormatannya (Rusmawati, 2016).
Dimensi keterlibatan keluarga dan teman berfokus pada pentingnya hubungan antara pasien dan orang yang mereka cintai. Gagasan ini terdapat dalam teori dan model keperawatan, seperti mode interdependensi Roy (Ortiz, 2018). Mode interdependensi berfokus pada interaksi memberi dan menerima cinta, rasa hormat dan nilai. Hubungan khusus yang disorot dalam mode ini adalah orang yang paling penting dan yang berperan untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan seseorang (Sminth & Parker, 2015). Dalam dimensi ini, perawat melibatkan keluarga dan teman pasien untuk ikutserta dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program perawatan. Keluarga pasien memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan selama perawatan (Rosa, 2021).
Dimensi berikutnya adalah kontinuitas dan transisi dan dimensi akses terhadap pelayanan. Disini perawat memberikan informasi dan pemahaman secara detail tentang obat-obatan, gangguan fisik, diet, dan informasi yang berhubungan dengan kondisi pasien. Perawat juga memberi pejelasan berkenaan dengan proses rujukan dan kepulangan pasien serta rencana keperluan transportasi pasien. Pasien sering khawatir tentang kemampuan mereka untuk merawat diri  sendiri setelah pulang. Dalam hal ini perawat harus memberi tahu lokasi pelayanan kesehatan terdekat yang bisa dijangkau oleh pasien (Rusmawati, 2016).
Pendekatan Patient-Centered Care mengenali nilai-nilai pasien dan meningkatkan komitmen dan partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan. Perawat memiliki pengaruh besar pada pengalaman perawatan, kepuasan, dan persepsi pasien. Dengan latar belakang tersebut, salah satu tugas utama keperawatan adalah mengenali kebutuhan dan masalah pasien. Hal ini memerlukan pemeriksaan interpretasi pasien terhadap asuhan keperawatan. Dalam penerapan Patient-Centered Care perawat perlu mensurvei pasien tentang persepsi mereka tentang perawatan dan pentingnya memprioritaskan berbagai aktivitas perawatan. Penting bagi perawat untuk meyakinkan pasien bahwa kebutuhan perawatan mereka terpenuhi. Selain itu, perawat harus memperhatikan semua aspek perawatan yang penting bagi pasien (Araki, 2019).
Perawat harus mengenal pasien dan menyesuaikan rencana perawatan untuk memenuhi perspektif, keyakinan, dan nilai mereka. Makna penyakit yang mungkin dimiliki pasien tertentu juga harus dipertimbangkan. Keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi perawat memengaruhi kemampuan pasien untuk mencapai tujuannya dan mengurangi kerentanan (Araki, 2019). Selain itu, perawatan komprehensif pada individu harus menghormati dan menekankan pandangan dan keinginan pasien. Perawat harus memastikan bahwa perawatannya didasarkan pada keinginan pasien dan bukan keinginan perawat (Azimzadeh, et al, 2013).Â
Daftar Pustaka