Mohon tunggu...
R. Dedi Mulya
R. Dedi Mulya Mohon Tunggu... PNS -

Hidup begitu indah jika kita bisa memaknainya ....

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Harapanku Menjadi Guru Matematika

4 Oktober 2015   03:29 Diperbarui: 4 Oktober 2015   03:29 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Masih teringat dibenakku ketika saya menjadi siswa SD kelas 4, guru kelasku hampir setiap hari mengetes Raraban. Istilah Raraban adalah istilah daerah Pasundan yang berarti Tabel Perkalian. Pengetesan raraban tersebut dengan cara mencongak, satu per satu siswa disuruh maju ke depan kelas dan di tes raraban secara acak. Misalnya guru kelas memanggil saya untuk mencongak raraban 7, itu artinya saya harus menyebutkan 1x7=7, 2x7=14,... dan seterusnya sampai tamat 10x7=70. Dan sayangnya apabila saya atau teman saya tidak bisa maka kami akan dipukul memakai penggaris dari kayu yang panjang di daerah betis. Kalau kami tidak hapal 3 buah perkalian, maka kami akan dipukul sebanyak tiga kali. Mungkin jaman sekarang guru seperti itu akan dilaporkan karena melanggar pasal kekerasan pada anak. Tapi jaman itu tahun 80-an tidak terjadi, siswa begitu takut dan patuh pada guru. Bahkan kalau saya lapor kepada orangtua tentang kekerasan tersebut, malahan orang tua akan menambah hukuman dengan cara dijewer telinga.

Tapi yang berbekas dari pembelajaran seperti itu, justru banyak siswa yang hapal raraban. Saya memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi tidak mengalami kesulitan di bidang Matematika. Tidak seperti sekarang, saya sering bertemu dengan siswa kelas 9 SMP yang tidak hapal raraban.

Suatu hari saya ingin mengetahui kemampuan siswa tentang perkalian. Siswa tersebut adalah siswa kelas 9. Sambil memeriksa pekerjaan atau PR mereka, saya panggil satu persatu dan saya tes. Berikut contoh dialog saya dengan siswa saya sebut saja namanya Agus:

Saya  : "Agus, berapa 7 x 8?"

Agus  : "52 pak"

Saya  : "Bagus"

Agus  : (senyam senyum merasa gembira karena dikiranya jawabannya sudah benar)

Saya  : "Gus, kalau 13 x 17 berapa?"

Agus  : (Mulai berkernyit keningnya, dan komat-kamit berusaha menghitung)

Saya  : "Ya sudah belajar lagi yah, nih hasih pekerjaan Agus". (saya memberikan hasil pekerjaannya)

Demikian seterusnya tiap ada kesempatan, saya mengetes siswa tentang raraban. Apa yang terjadi pembaca? Dari sekitar 250 siswa, hanya 30% yang hapal raraban 1 s.d. 10, dan 10% yang dapat mencongak raraban 11 s.d. 20. Sungguh sebuah fenomena yang mengagetkan. Guru sekarang jarang sekali menggunakan kekerasan, bahkan berusaha dengan kasih sayang mengajar, melatih dan membimbing siswa dengan sabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun