Mohon tunggu...
Dedi Maing
Dedi Maing Mohon Tunggu...

Pelajar/Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

3 Ciri Dosen "Killer" Sesungguhnya

8 April 2017   18:02 Diperbarui: 10 April 2017   19:00 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada kepada masyarakat (UU No 14 tahun 2005 pasal 1). Berdasarkan uraian itu,  maka Dosen/guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. 

Esensi pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk mencapai tujuan itu maka dibutukan pembenahan di bidang pendidikan. Pembenahan itu dimulai dari sistem pendidikan hingga pada kualitas pendidik. Tentunya pemerintah sudah dan sedang mengupayakan semuanya ini.

Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan dalam membenahi berbagai permasalahan di perguruan tinggi misalnya mengenai kampus abal-abal, ijazah palsu dan rasio jumlah dosen dengan mahasiswa. Selain itu pemerintah juga mengadakan program beasiswa pascaserjana guna mengahasilkan pendidik yang berkulitas.  Meski demikian output seringkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pendidikan pascaserjana kadang hanya dilihat sebagai sebuah kesempatan dan keterpaksaan untuk memenuhi standar kualifikasi akademik dosen. Tidak semua mahasiswa berkualitas, begitu juga dosen. Karena tak semua dosen berkualitas maka pantaslah jika ada sebutan dosen killer.

Mahasiswa tentunya tahu karakteristik dosen. Dengan mengetahui karakteristik ini mahasiswa mampu menyesuaikan diri. Namun kerap kali mahasiswa memanfaatkan kesempatan ini; serius dengan dosen yang "keras" dan kebablasan dengan dosen yang memberikan kebebasan tanpa pengendalian. Karena karakteristik inilah mahasiswa memberikan pelabelan seperti dosen Killer. Dosen Killer pada umumnya menggambarkan dosen dengan ciri-ciri; menerapkan sikap disiplin kepada mahasiswa, pelit nilai, selalu memberikan tugas pada akhir pertemuan atau deadline yang mepet dan lain sebagainya. Tentunya yang (mantan) mahasiswa punya pengalaman tentang dosen killer ini, bukan?

Namun dibalik sikap dosen yang dipandang sebagai killer bagi mahasiswa, ternyata mempunyai sisi positif. Dosen killer memang menerapkan aturan dan kebijakan yang terkesan kejam bagi mahasiswanya, tetapi bukan semata-mata untuk menjatuhkan mahasiswa. Sebagai dosen ia tahu bahwa apa yang dilakukan itu bermanfaat bagi masa depan mahasiswa. Ia memahami bahwa sebuah kesuksesan dapat diraih jika ada kedisiplinan, keuletan dan pengetahuan. Dosen seperti inilah yang aktif berperan melaksanakan amanah Undang-undang sekaligus mampu memosisikan diri sebagai orang orang tua yang tidak mau melihat masa depan anaknya suram.

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian;

Bersakit-sakit dulu, bersenang-senang kemudian.

Adagium yang tepat untuk menggambarkan pengalaman bersama dosen seperti ini.

Berikut 3 ciri Dosen killer yang sesungguhnya:

Merasa Paling Benar

Ada dosen yang merasa dirinya paling benar. Ia bahagia ketika mahasiswa menuruti kemauannya. Contoh pembahasan perkuliahan pun ia ambil dari pengalaman pribadi, seakan-akan ia hendak mengkampanyekan dirinya. Untuk menghadapi dosen seperti ini biasanya mahasiswa mengamini kehendaknya. Pada umumnya apa yang dilakukan mahasiswa bukan atas dasar ingin tahu tetapi karena didorong oleh rasa takut. Terimalah ilmu dan lupakan keangkuhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun