Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah membawa dampak signifikan di berbagai bidang, termasuk dalam pendidikan. AI menawarkan potensi untuk mengubah cara kita belajar, mengajar, dan mengelola pendidikan (Kay, 2012). Namun, ada beberapa tantangan dan hambatan yang perlu diatasi dalam implementasi AI dalam pendidikan abad 21 ini. Pertama-tama, salah satu tantangan utama adalah aksesibilitas teknologi. Implementasi AI dalam pendidikan memerlukan infrastruktur yang memadai, seperti akses internet yang cepat dan perangkat keras yang diperlukan. Namun, di banyak wilayah, terutama di negara-negara berkembang, aksesibilitas terhadap teknologi ini masih terbatas (Borenstein & Howard, 2021). Ketimpangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta kesenjangan ekonomi, dapat menjadi hambatan signifikan dalam mengadopsi AI dalam pendidikan. Langkah-langkah perlu diambil untuk memastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses dan memanfaatkan teknologi AI dalam pembelajaran mereka.
Selain itu, ada kekhawatiran etika dan privasi yang perlu diatasi. AI melibatkan pengumpulan dan analisis data siswa yang melibatkan informasi pribadi mereka. Penting untuk memastikan bahwa data siswa dijaga kerahasiaannya dan digunakan dengan etika yang tinggi. Perlindungan privasi, keamanan data, dan pengaturan hukum yang memadai harus diterapkan untuk menghindari penyalahgunaan informasi pribadi siswa. Selain itu, kekhawatiran terkait dengan bias dalam algoritma AI juga menjadi perhatian. Jika AI digunakan dalam pengambilan keputusan, seperti evaluasi siswa atau penentuan jalur pendidikan, harus ada transparansi dan akuntabilitas yang memadai untuk meminimalkan bias dan kesalahan yang mungkin terjadi.
Selanjutnya, tantangan yang dihadapi adalah kekhawatiran tentang penggantian guru. Ada pandangan bahwa AI dapat menggantikan peran guru dalam proses pembelajaran. Namun, peran guru dalam membimbing, memotivasi, dan memberikan pengalaman belajar yang holistik tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh teknologi. Guru tetap menjadi elemen penting dalam pembelajaran manusia. Oleh karena itu, penting untuk melihat AI sebagai alat pendukung guru, bukan pengganti mereka. Guru harus dilibatkan dalam pengembangan dan implementasi AI dalam kurikulum, dan diberikan pelatihan yang memadai untuk memanfaatkan teknologi ini secara efektif. Selain itu, masih ada tantangan dalam mengintegrasikan AI ke dalam kurikulum yang sudah ada. Pengembangan dan pengujian kurikulum baru memerlukan waktu dan sumber daya yang cukup. Ada juga tantangan dalam menyesuaikan metode pengajaran awal mula perkembangan ai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI