Pertumbuhan teknologi yang sangat pesat dapat meningkatkan potensi dalam dunia pendidikan. Keberadaan teknologi informasi untuk dunia pembelajaran berarti tersedianya saluran ataupun fasilitas yang bisa dipakai untuk menyiarkan program pendidikan baik secara searah ataupun secara interaktif. Pemanfaatan teknologi informasi ini penting mengingat keadaan geografis Indonesia secara universal terletak pada wilayah pegunungan yang terpencar ke dalam banyak pulau- pulau. Dengan terdapatnya teknologi informasi memungkinkan diselenggarakannya pembelajaran jarak jauh, sehingga dapat terbentuknya pemerataan pembelajaran di segala daerah di Indonesia.
Teknologi senantiasa memainkan peran penting dalam pembelajaran, akan tetapi penggunaanya dikala ini lebih universal berkat peningkatan dan ketersediaan fitur pintar serta kurikulum berbasis digital, terutama dalam pendidikan abad 21 menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan metode pembelajaran agar dapat menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan di era modern. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk menghadapi tantangan ini adalah dengan memanfaatkan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) dalam bidang pendidikan. Ahli matematika dan filsuf muda Alan Turing pertama kali menemukan konsep kecerdasan buatan setelah Perang Dunia II pada tahun 1947. Alan Turing berpikir bahwa jika manusia dapat memproses informasi dan memecahkan masalah serta membuat keputusan berdasarkan informasi tersebut, maka mesin juga dapat melakukannya. Alan Turing melaporkan kerangka logis ini dalam artikel Science in the News (1950) tentang bagaimana membangun mesin cerdas dan cara menguji kecerdasan mereka. Sejak saat itu, artificial intelligent berkembang pesat hingga saat ini.
Teknologi AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa, memfasilitasi pengembangan keterampilan abad 21, dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia kerja yang semakin kompleks. Salah satu tujuan penting AI dalam pendidikan adalah penyediaan bimbingan atau dukungan pembelajaran yang dipersonalisasi kepada masing-masing siswa berdasarkan status pembelajaran, preferensi, atau karakteristik pribadi mereka (Hwang, 2014).
Dengan munculnya kecerdasan buatan dalam pembelajaran menghasilkan banyak metode berbeda yang digunakan untuk membantu dalam proses belajar mengajar. Menurut H. A. Simon (1987) Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang -dalam pandangan manusia adalah- cerdas[1]. Sedangkan menurut Rich and Knight (1991) Kecerdasan Buatan (AI) merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia. Dapat kita simpulkan bahwa kecerdasan buatan menyangkut studi proses berpikir manusia dan berhubungan dengan merepresentasikan proses berpikir tersebut melalui mesin[2]. Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kini tengah dikembangkan besar-besaran sehingga teknologi ini akan meniru bahkan mengambil alih pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia.
Terdapat dua pendekatan yang dapat diterapkan untuk menerapkan kecerdasan buatan (AI) di lingkungan pendidikan. Pertama, pengalihan tugas guru ke sistem AI, yang bertindak sebagai tutor untuk setiap siswa. Adanya teknologi pintar yang menyesuaikan konten untuk setiap pembelajar sudah digunakan secara luas di banyak ruang kelas, dalam bentuk sistem tutor cerdas. Kedua, pendekatan analisis data dan pembelajaran adaptif, pendekatan ini menggunakan AI untuk menganalisis data siswa secara mendalam dan memberikan wawasan bagi guru dan staf pendidik. Dengan memanfaatkan algoritma artificial intelligence, pendekatan ini dapat mengidentifikasi pola belajar siswa, kebutuhan individual, dan memberikan rekomendasi yang tepat (Moleenar, 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H