Sidang Isbat yang telah dilaksanakan Kementrian Agama RI (Kemenag) menghasilkan keputusan Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah jatuh pada Jumat, 31 Juli 2020.Â
Tentu sebelum sidang ini terlaksana, beberapa komunitas di tempat ibadah umat Islam seperti masjid dan musholah sudah terlebih dahulu melakukan musyawarah. Topik yang menjadi pembicaraan dalam musyawarah yaitu mengenai pelaksanaan solat Idul Adha dan pemotongan hewan kurban.
Sekitar dua minggu yang lalu, saya telah mengikuti musyawarah pengurus musholah. Musholah saya terletak di wilayah Pamulang, Jawa Barat. Kebetulan saya disitu sebagai yang tinggal menjaga musholah atau sebutannya marbot.
Perlu diketahui seksama, bahwa musholah saya ini terletak di dalam komplek, namun terjangkau juga pada warga perkampungan, semacam ada gerbang kecil yang dapat menjadi tempat masuk warga perkampungan. Namun, pengurus dan jamaah dominan warga komplek.
Musyawarah yang dilakukan pengurus dan warga terlihat seperti sidang DPR saja. Menurut saya, itu berlangsung sangat seru, karena kuatnya argumentasi tanpa didasari rasa sentimensasi. Mungkin disebabkan karena latar belakang yang beragam.Â
Ada yang bekerja kantoran sebagai karyawan, manager, hingga direktur. Bahkan kalangan akademisi seperti dosen, peneliti hingga mantan wartawan juga menjadi bagian dari kepengurusan musholah.
Coba bayangkan betapa serunya musyawarah itu. Apalagi saya yang merasakan sendiri, merasakan kenikmatan diskusi dengan orang yang wawasannya luas. Musyawarah itu penuh kehitmatan dan topik yang dibahas juga sistematis.Â
Topik yang menjadi fokus pembahasan mengenai pemotongan hewan kurban, karena memang kami tidak pernah menyelanggarakan solat Idul Adha sebab sudah banyak masjid disekitar kami.
Pro dan Kontra
Apapun situasinya pasti dalam musyawarah ada yang setuju dan ada yang tidak setuju, sudah menjadi hal yang seharusnya terjadi. Bayangkan, kalau dalam rapat semuanya setuju, ya tidak seru.
