Mohon tunggu...
dedi efendi
dedi efendi Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Madrasah

Pendidik, peneliti, dan motivator berdedikasi mencetak generasi unggul lewat inovasi pendidikan berbasis nilai. Sebagai Pengawas Madrasah, aktif dalam penelitian, pengembangan kurikulum, dan publikasi ilmiah. Berkomitmen mendorong transformasi pendidikan berbasis teknologi-kearifan lokal serta peningkatan profesionalisme guru untuk kemajuan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hidup itu Kayak Nungguin Odol Habis: Sabar, Tekan dan Selalu Ada Sisa

22 Januari 2025   13:12 Diperbarui: 22 Januari 2025   13:12 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pernah nggak sih, kamu merasa hidup ini berat? Tagihan numpuk, kerjaan nggak kelar-kelar, dan mimpi-mimpi yang entah kapan bisa tercapai. Kalau begitu, cobalah berkaca pada odol di rumahmu. Ya, pasta gigi! Barang yang kelihatannya receh, tapi kalau dipikir-pikir, penuh dengan filosofi hidup yang menyentuh.

Sabar Dulu, Masih Ada

Saat pertama kali beli odol, kita pakai dengan santai. Dipencet sedikit, keluar banyak. Nggak ada beban, nggak ada kekhawatiran. Sama seperti hidup di awal-awal---muda, bersemangat, dan merasa semua sumber daya masih melimpah.

Tapi coba perhatikan saat odol mulai menipis. Kita mulai lebih hati-hati, lebih sadar bahwa yang tersisa harus dikelola dengan baik. Di titik ini, hidup juga mulai ngajarin kita tentang keterbatasan. Sumber daya nggak selamanya banyak, waktu nggak selamanya panjang, dan kalau nggak hati-hati, bisa-bisa kita kehabisan sebelum waktunya. Benar apa yang dikatakan Seneca, "Bukan karena hidup ini singkat, tetapi karena kita sering menyia-nyiakannya."

Tekan! Harus Ada yang Keluar

Odol yang hampir habis nggak bisa keluar sendiri. Harus ditekan, diperas, bahkan sampai digulung-gulung biar masih ada sisa yang keluar. Ini mirip banget sama hidup. Kadang kita merasa udah di titik terendah, tapi kalau dipaksa sedikit, ternyata masih bisa maju.

Orang sukses itu bukan yang selalu punya banyak 'odol', tapi yang tahu cara memeras setiap tetes potensinya sampai benar-benar maksimal. Mau nggak mau, kita juga harus belajar memanfaatkan segala peluang, bahkan ketika rasanya nggak ada yang tersisa. Sebagaimana Nietzsche pernah mengatakan, "Apa yang tidak membunuh kita akan membuat kita lebih kuat." Maka, meskipun hidup memaksa kita, itulah yang membuat kita berkembang.

Selalu Ada Sisa yang Tertinggal

Kalau kamu pernah membelah tube odol yang udah dipencet habis, kamu pasti tahu: selalu ada sisa yang masih menempel di dindingnya. Ini seperti hidup yang selalu menyimpan kejutan terakhir. Ketika kita merasa segalanya sudah berakhir, kadang masih ada harapan kecil yang bisa diambil.

Berapa banyak orang yang menyerah padahal tinggal selangkah lagi menuju sukses? Berapa banyak kesempatan yang terbuang karena kita merasa sudah nggak mampu? Padahal, kalau kita mau 'membelah' masalah itu, mungkin kita masih bisa menemukan sesuatu yang berharga. Bahkan Albert Einstein pernah berkata, "Di tengah kesulitan terdapat kesempatan."

Jadi, Hidup Itu Seperti Odol

Hidup mengajarkan kita untuk sabar ketika segalanya terasa mudah, untuk tetap menekan saat keadaan sulit, dan untuk percaya bahwa selalu ada sisa harapan di mana pun kita berada.

Jadi, lain kali ketika kamu merasa hidupmu mulai 'habis', ingatlah: masih ada cara untuk menekan, menggulung, atau bahkan membelah masalah itu. Karena seperti odol, hidup selalu punya sisa kejutan yang bisa kita manfaatkan. Kata Marcus Aurelius, "Hidup kita adalah seperti yang dipikirkan oleh pikiran kita."

Selamat menjalani hidup, selamat menekan odol dengan penuh kesadaran!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun